Terlalu Mahal, Pelni Pikir Ulang Beli Kapal dari Jerman

Pelni tak melanjutkan rencana pembelian kapal dari perusahaan kapal Jerman karena harga yang diajukan perusahaan tersebut terlalu tinggi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 12 Jun 2017, 16:06 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2017, 16:06 WIB
Kreatif, Pelni Ingin Intens Garap Pariwisata di 2017
PT Pelni mulai melirik potensi bisnis sektor pariwisata, rencana untuk membeli kapal khusus wisata pun tengah dibahas.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni mengurungkan niatnya untuk membeli kapal dari galangan asal Jerman. Alasannya, kapal asal Jerman tersebut terlalu mahal sehingga sulit untuk menciptakan efisiensi. 

Direktur Utama Pelni Elfien Guntoro menjelaskan, semula Pelni ingin membeli kapal dari Meyer Werft, perusahaan galangan kapal asal Jerman. kapal tersebut untuk menggantikan kapal yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun.

Namun rencana tersebut tak ditindaklanjuti karena harga yang ditawarkan oleh perusahaan Jerman tersebut sangat mahal. Langkah pembatalan pembelian tersebut kemudian dilaporkan kepada Menteri Koordinator Bidang Kematiriman Luhut Binsar Panjaitan.

"Kami ditanya mengenai pengadaan kapal penumpang dari Meyer Werft Jerman,"kata Elfien, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (12/6/2017).

Elfien menjelaskan, Meyer Werft mengajukan harga 70 juta euro atau kurang lebih Rp 1,04 triliun dengan estimasi kurs Rp 14.920 per euro. Harga tersebut terlalu tinggi jika dibandingkan dengan penawaran awal Pelni yang ada di angka 50 juta euro. 

Selain itu, desain kapal yang diajukan oleh Meyer Werft juga tidak sesuai dengan keadaan di Indonesia. Desain tersebut tidak sesuai dengan kegiatan operasional Pelni.

"Desain sama usulan harganya masih terlalu tinggi. Jadi kita harus evaluasi kembali dengan harga feasible yang kita hitung," ucap dia.

Elfien mengungkapkan, Pelni pun sedang mencari solusi agar ada kapal pengadaan kapal baru dengan harga yang sesuai kemampuan. Salah satu solusinya adalah membeli kapal yang diproduksi oleh galangan dalam negeri atau dari negara lain yang harganya jauh lebih murah.

"Ada beberapa alternatif salah satunya kita coba produksi dalam negeri. Kerja sama dengan galangan di dalam negeri kita coba apakah ada kemampuan nanti join dengan yang ada di luar," tutup Elfien.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya