Naik 6.900 Orang, Jumlah Orang Miskin di RI Capai 27,77 Juta

Itu artinya penduduk miskin di Indonesia bertambah 6.900 orang dalam kurun waktu 6 bulan ini.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Jul 2017, 12:31 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2017, 12:31 WIB
20170105-Kemiskinan-AY1
Kondisi kesemrawutan di pemukiman kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis (5/1). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir jumlah penduduk miskin hingga September tahun lalu turun menjadi 27,76 juta orang dibandingkan Maret 2016. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah 6.900 orang menjadi 27.771,22 juta orang pada Maret 2017 dari 27.764,32 juta orang pada September 2016. Faktor penyebabnya terjadi hambatan dalam distribusi beras sejahtera (rastra) ke rakyat miskin.

Kepala BPS, Suhariyanto atau akrab disapa Kecuk mengungkapkan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2017 sebanyak 27.771,22 juta orang. Sedangkan realisasi di September 2016 sebanyak 27.764,32 juta orang. Itu artinya penduduk miskin di Indonesia bertambah 6.900 orang dalam kurun waktu enam bulan ini.

"Jumlah penduduk miskin pada Maret 2017 sebesar 27,77 juta orang atau meningkat 0,01 juta orang dibanding September tahun lalu yang ‎sebanyak 27,76 juta orang," kata Kecuk saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/7/2017).

Jika dibanding Maret 2016 yang sebanyak 28,01 juta orang, jumlah orang miskin di Republik ini turun 240 ribu orang selama setahun ini. "Penurunan jumlah penduduk miskin memang relatif lebih lambat dibanding tahun-tahun sebelumnya," tegasnya.

Sementara dilihat dari tingkat penduduk miskin di Indonesia, dengan jumlah 27.771,22 juta orang miskin di Maret 2017, ‎persentasenya mencapai 10,64 persen atau turun 0,06 poin dibanding realisasi September tahun lalu 10,70 persen. Sedangkan di Maret 2016, tingkat penduduk miskin mencapai 10,86 persen.

"Di Maret ini, tingkat penduduk miskin di desa mencapai 13,93 persen dan di kota 7,72 persen. Jadi memang disparitas kemiskinan antara perkotaan dan perdesaan sangat tinggi," Kecuk menerangkan.

Kecuk mengaku, faktor penyebab penurunan jumlah orang miskin berjalan jauh lebih lambat di Maret 2017, karena terjadi keterlambatan distribusi beras sejahtera atau dulu dikenal dengan beras untuk rakyat miskin (raskin) pada Januari-Maret 2017.

"Pada awal 2017, khususnya Januari, Februari, Maret, terjadi keterlambatan distribusi rastra. Karena kontribusi beras sangat berpengaruh besar sekali terhadap kemiskinan. Jadi kuncinya memang stabilisasi harga beras supaya tidak meningkatkan jumlah orang miskin," paparnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya