Top 3 Islami: Lafal Doa setelah Sholat yang Bikin Malaikat Berebut Mencatat Pahalanya, Bolehkah Doa Sujud Bahasa Indonesia? Gus Baha - UAS

Ulasan Gus Baha mengenai doa yang sempat disangka bid'ah, namun justru disebut Rasulullah jadi rebutan para malaikat untuk mencatatnya menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Selasa (11/3/2025)

oleh Muhamad Ridlo Diperbarui 12 Mar 2025, 06:30 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2025, 06:30 WIB
Gus Baha dan Ning WInda (SS: YT. Short @Sarungkyai)
Gus Baha dan Ning WInda (SS: YT. Short @Sarungkyai)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bid'ah secara umum dimaknai sebagai sebuah aktivitas atau ritual terkait ibadah dan nonibadah yang tak pernah dicontohkan Nabi SAW, maupun disabdakan. Bid'ah begitu dihindari, dan bahkan kerap menjadi polemik.

Namun, Gus Baha mengisahkan ada satu doa setelah sholat yang tidak pernah diajarkan Rasulullah SAW dan sempat disangka bid'ah, namun oleh Nabi justru disebut sebagai doa yang para malaikat berebut mencatatnya.

Ulasan Gus Baha mengenai doa yang sempat disangka bid'ah, namun justru disebut Rasulullah jadi rebutan para malaikat untuk mencatatnya menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Selasa (11/3/2025).

Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah hukum doa bahasa Indonesia dalam sholat, terutama saat sujud, yang dijelaskan oleh Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Ustadz Khalid Basalamah.

Sementara, artikel ketiga yaitu pertanyaan yang kerap mengemuka, apakah orang miskin wajib zakat fitrah? Dijawab tuntas oleh Gus Baha.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

1. Gus Baha Ungkap Doa setelah Sholat yang Membuat 30 Malaikat Berebut Mencatat Pahalanya

Keutamaan Sholat Subuh
Ilustrasi Membaca Doa Credit: shutterstock.com... Selengkapnya

Istilah bid'ah sering menjadi perdebatan di tengah masyarakat. Banyak yang memahami bid'ah sebagai sesuatu yang baru dalam agama dan dianggap sesat. Namun, Gus Baha memberikan penjelasan yang lebih luas mengenai makna bid'ah dalam perspektif Islam.

Menurut ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, jika makna bid'ah adalah mengajarkan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW, maka pemahaman tersebut perlu dikaji ulang, alias keliru. Ia mencontohkan kejadian yang pernah terjadi di zaman sahabat.

Suatu ketika, ada seorang sahabat yang saat i'tidal dalam sholat melafalkan doa:

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ(مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى)

Rabbana wa laka al-hamdu Hamdan Katsīran Thayyiban Mubārakan Fīhi

Artinya: "Ya Allah, ya Tuhan kami, segala puji bagi-Mu dengan pujian yang banyak, lagi baik dan penuh berkah, seperti yang disukai dan diridlai oleh Rabb kami."

Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @asepsadhili3081, Gus Baha menguraikan bahwa doa ini memiliki keutamaan yang luar biasa berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari.

Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa ada 30 malaikat yang berlomba-lomba untuk mencatat amal seseorang yang membaca doa setelah sholat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun bacaan tersebut belum pernah diucapkan sebelumnya, tetapi justru mendapatkan apresiasi dari langit.

Selengkapnya baca di sini

2. Bolehkah Berdoa saat Sujud Pakai Bahasa Indonesia? Ini Kata UAS dan Syafiq Riza Basalamah

Menghambat Terkabulnya Sebuah Doa
Ilustrasi Muslimah Menunaikan Sholat Credit: freepik.com... Selengkapnya

Setiap muslim diperintahkan berdoa kepada Allah SWT. Orang yang berdoa berarti dia dalam hidupnya selalu melibatkan Allah SWT dan merasa dirinya tidak bisa apa-apa tanpa-Nya.

Ketika berdoa, sebaiknya memanfaatkan waktu mustajab. Jika berdoa di waktu tersebut, peluang dikabulkannya oleh Allah SWT sangat besar. Salah satu waktu mustajab adalah berdoa ketika sujud dalam sholat.

Ulama kharismatik Ustadz Abdul Somad (UAS) menyarankan agar umat Islam memperbanyak doa saat sujud terakhir sholat. Terkait bahasa yang digunakannya, UAS menyebut terdapat khilaf di antara ulama.

“Pertama doa berbahasa Arab, kedua doa yang ma'tsur (ada dalam Al-Qur’an dan sunnah), ketiga doa berbahasa Indonesia.” kata UAS dikutip dari YouTube Ngaji Frome Home, Senin (10/3/2025).

UAS mengatakan, ulama sepakat bahwa doa yang ma'tsur boleh dibaca waktu sujud sholat. Doa yang menggunakan bahasa Arab ada ikhtilaf, sebagian menyatakan boleh dan sebagiannya lagi tidak boleh karena dapat membatalkan sholat. Adapun doa berbahasa Indonesia, Inggris, dan non-Arab lainnya disepakati tidak boleh dipakai karena dapat membatalkan sholat.

Lalu bagaimana jika tidak hafal doa yang berbahasa Arab? UAS mengatakan, muslim dapat berdoa dengan menggunakan bahasa Indonesia, tapi doanya di dalam hati, bukan dilafalkan secara lisan.

“Jangan khawatir doa tidak didengar Allah jika dibaca dalam hati. Allah Mahatahu,” tutur UAS. 

Selengkapnya baca di sini

3. Apakah Orang Miskin Wajib Zakat Fitrah? Gus Baha Menjawab

Syarat Zakat Fitrah
Syarat Zakat Fitrah (sumber: iStockphoto)... Selengkapnya

Ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha mengisahkan perdebatan menarik antara Imam Syafii dengan seorang penggembala kambing miskin bernama Syaiban Ar Roi. Dalam diskusi tersebut, muncul pertanyaan yang mungkin jarang terpikirkan, yaitu apakah orang miskin juga wajib membayar zakat fitrah.

Diketahui, Imam Syafi'i memiliki banyak mitra debat yang sering berdiskusi mengenai berbagai permasalahan keislaman. Salah satunya adalah Syaiban Ar Roi, seorang yang dikenal dengan kesederhanaan dan kebijaksanaannya dalam memahami agama.

Dalam sebuah kunjungan, Imam Syafii bertanya kepada Syaiban tentang siapa saja yang wajib mengeluarkan zakat. Pertanyaan ini dijawab dengan tegas oleh Syaiban bahwa zakat diwajibkan atas orang kaya maupun fakir.

Pernyataan ini kemudian dibahas lebih lanjut oleh Gus Baha, seorang ulama asal Rembang yang dikenal sebagai santri Mbah Maimoen Zubair. Dalam ceramahnya, ia menjelaskan alasan di balik pernyataan Syaiban yang terdengar tidak biasa tersebut.

Dikutip dari kanal YouTube @ngajigusbaha, Gus Baha menuturkan bahwa ada makna mendalam dalam pernyataan Syaiban yang menyebutkan bahwa orang fakir juga memiliki kewajiban zakat fitrah.

Ketika Imam Syafii merasa heran dengan jawaban tersebut, Syaiban memberikan alasan bahwa tidak semua harta orang fakir itu bersih. Ia mencontohkan banyaknya praktik dalam kehidupan sehari-hari di mana seseorang mendapatkan rezeki dengan cara yang tidak sepenuhnya jelas.

Selengkapnya baca di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya