Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memiliki dua cara untuk mengurangi lintasan sebidang (palang pintu) pada jalur kereta yang terbentang antara Jakarta-Surabaya.
Budi menyebutkan, cara pertama adalah melalui pembangunan jalur kereta semicepat Jakarta-Surabaya yang akan dimulai pada 2018. Saat ini, masih dilakukan kajian untuk mengeksekusi proyek tersebut.
Baca Juga
"Jakarta-Surabaya diputuskan, kalau lihat ini mungkin 2018 kita mulai," kata Budi, dalam diskusi terkait lintasan sebidang, di Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Advertisement
Menurut Budi, meski masih studi, ia lebih condong kereta semicepat Jakarta-Suarbaya membutuhkan jalur baru. Pasalnya, jika mengembangkan jalan yang sudah ada cukup rumit.
"Yang lama atau yang baru, tetapi memang dari studi awal menunjukkan kalau kita kembangkan di rel yang ada itu complicated. Jadi memang ada inisiatif untuk membuat suatu lintasan yang baru. Lintasan baru seperti apa d mana, sedang dilakukan studi," paparnya.
Budi melanjutkan, untuk mengatasi perlintasan sebidang, pemerintah berencana akan mengubah jalur kereta yang berada di Jakarta menjadi melayang (loopline), dengan begitu lalulintas kendaraan tidak terganggu dan laju kereta bisa optimal.
"Bisa kita naikkan jadi elevated, dengan adanya loopline, lintasan sebidang tidak berarti berkurang kecepatan, kecepatan juga bertambah," ucapnya.
Jalur kereta yang akan dibuat melayang adalah yang melintasi dalam kota Jakarta. "Misalnya, katakanlah yang ada dari Kebayoran Lama-Tanah Abang-Kota-Kemayoran, balik lagi ke selatan," papar Budi.
Budi mengungkapkan, biaya yang dibutuhkan untuk membuat jalur kereta di dalam Jakarta melayang mencapai Rp 7 triliun-8 triliun. Proyek itu akan digarap pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika studi rampung, pembangunannya akan dimulai 2018.
"Kira-kira Rp 7 triliun-8 triliun, nanti diinisiasi oleh Pemerintah DKI Jakarta, seperti MRT, kolaborasi pusat dan daerah. Proyek itu ada dua hal, satu investasi, kedua kerjaan massal," ucap Budi.