Garuda Indonesia Masih Merugi, Pemerintah Andalkan GMF

Seiring kerugian yang ditanggung Garuda Indonesia, Kementerian BUMN tengah mengevaluasi rute-rute yang diterbangi maskapai nasional ini.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 31 Agu 2017, 14:15 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2017, 14:15 WIB
Garuda Indonesia Airbus A330
Pesawat Airbus A330 yang dipesan Garuda Indonesia tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 23 Juli 2009. (AFP / Arif Ariadi)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mengevaluasi sejumlah BUMN yang memiliki kinerja kurang baik. Di antaranya perusahaan pelat merah yang merugi adalah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, seiring kerugian yang ditanggung Garuda, pihaknya tengah mengevaluasi rute-rute yang diterbangi maskapai nasional tersebut.

"Kita sedang restrukturisasi. Rute-rutenya kita sedang lihat kembali, efisiensi dilakukan," kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (31/8/2017).

Kemudian upaya lain mendorong kinerja maskapai ini, Rini menerangkan, terkait rencana Garuda Indonesia untuk melepas sebagian saham anak usahanya, PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, ke publik (initial public offering/IPO.

Kinerja GMF diharapkan bisa membaik sehingga menopang pendapatan Garuda Indonesia sebagai induk usaha. "GMF semoga bisa listing sebelum akhir tahun, semoga mendapat pendapatan yang lebih untuk Garuda," ujar dia.

GMF Aero Asia rencananya mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Oktober 2017. Jumlah saham yang akan dilepas ke publik di kisaran 20-30 persen.

"Target GMF akan listing di IDX pada Oktober 2017, dan mempunyai peluang IPO terbesar di Indonesia pada 2017," ujar Presiden &CEO GM AeroAsia Iwan Joeniarto lewat pesan singkat kepada Liputan6.com, Rabu (23/8/2017).

Dia menuturkan, perseroan akan menggelar penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) untuk mendukung visi menjadi top 10 maintenance, repair, and overhaul (MRO) di dunia. Perseroan akan melepas sebesar 20-30 persen dari ekuitas dalam rangka IPO tersebut.

Kinerja di Semester I

PT Garuda Indonesia Tbk membukukan pendapatan operasi US$ 1,9 miliar atau setara Rp 25,3 triliun (US$1=Rp 13.310) di semester I 2017, naik 7 persen dibandingkan periode yang sama di 2016 sebesar US$ 1,76 miliar atau Rp 23,24 triliun.

Pendapatan ini dicapai dengan raihan jumlah penumpang mencapai 17,2 juta di semester I 2017, tumbuh 3,9 persen dari tahun lalu. “Melalui momentum pertumbuhan kinerja yang berhasil dicapai perusahaan tersebut, kami optimistis kinerja operasional dan keuangan perusahaan akan terus tumbuh positif hingga akhir tahun 2017 ini," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury dalam keterangannya, Kamis (27/7/2017).

Menurut dia, pencapaian tersebut didukung penerapan strategi kinerja operasional 5 Quick Wins, melalui tiga long term strategy, yakni financial performance, operational excellence, dan customer experience.

Dia menuturkan, kinerja operasional salah satunya ditunjang pendapatan internasional pada kuartal 2-2017 yang meningkat 16 persen. Ini tertopang jumlah penumpang internasional yang naik 14,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pendapatan penumpang internasional pada semester 1-2017  mencapai US$ 653,3 miliar, lebih besar dari pendapatan penumpang domestik sebesar US$ 630,7 miliar. Hal tersebut mengindikasikan membaiknya bisnis penerbangan Garuda pada sektor internasional kedepannya.

“Sejalan dengan pertumbuhan bisnis Garuda dan operating revenue yang meningkat, perusahaan masih terbebani harga bahan bakar yang meningkat sebesar 36,5 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2016, sehingga berdampak pada catatan total net loss pada semester 1-2017 sebesar US$ 138 juta di luar non-recurring expense sebesar US$ 145,8 juta yang antara lain dampak tax amnesty). Adapun net loss secara keseluruhan di semester 1-2017 sebesar US$ 283,8 juta," tutur dia.



Tonton video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya