Liputan6.com, Jakarta - Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) di Sulawesi Selatan, akan beroperasi pada akhir 2017. Pembangkit listrik berenergi angin itu menjadi yang pertama di Indonesia.
Direktur Pengadaan Strategis II PT PLN (Persero), Supangkat Iwan Santoso, mengatakan, PLTB Sidrap yang dibangun pengembang listrik swasta (Independent Power Plan/IPP), berkapasitas 70 Megawatt (MW).
"Ada PLT Bayu Sidrap windpower, akhir tahun ini mau operasi, Itu 70 MW akhir tahun operasi," kata Iwan, di Jakarta, Sabtu (2/9/2017).
Advertisement
Baca Juga
Iwan menuturkan, jika sudah beroperasi maka PLTB tersebut menjadi pembangkit dengan kapasitas besar, dalam menggunakan energi angin yang pertama di Indonesia. Nantinya pembangkit ini langsung beroperasi penuh memproduksi listrik 70 MW.
"PLT Bayu pertama di Indonesia. Jadi angin pertama di Indonesia harganya 11 sen per kwh," tutur Iwan.
Iwan mengungkapkan, dengan kapasitas 70 MW, listrik yang dialirkan dapat menerangi 70 ribu kepala keluarga, dengan rata-rata daya yang terpasang 900 Volt Ampere (VA).
"Kalau 70 MW, ya 70 ribu KK. Dengan penggunaan rata 900 kWh. Akhir tahun operasi," ujar dia.
PLTB ini dikembangkan IPP Internasional UPC Renewables Indonesia yang bekerja sama dengan PT Binatek Energi Terbarukan. Pembangunan proyek energi terbarukan ini dimulai pada April 2016 dan beroperasi pada 2017.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Energi Terbarukan Tumpuan RI di Masa Depan
Sebelumnya ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil bisa menjerumuskan Indonesia ke jurang defisit energi. Sebab, pertumbuhan konsumsi energi terutama minyak dan gas tidak diikuti dengan peningkatan produksi.
Kini produksi migas nasional justru terus menurun seiring dengan cadangan yang menipis dan minimnya kegiatan eksplorasi. Menurut data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan terbukti minyak sebesar 3,6 miliar barel dengan tingkat produksi 288 juta barel per tahun diperkirakan habis 12 tahun lagi.
Sedangkan cadangan gas sebesar 98 triliun kaki kubik (tcf) akan habis dalam 33 tahun ke depan jika rata-rata produksi tahunan 3 tcf.
"Sementara demand terhadap BBM terus meningkat, dan akhirnya kami harus mengimpor dan jumlahnya ke depan akan semakin besar," kata Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) Gigih Prakoso di acara Focus Group Discussion Pengembangan Road Map Sustainable Energy di Indonesia, Yogyakarta, Rabu, 23 Agustus 2017.
Untuk itu, lanjut dia, solusi terbaik untuk pemenuhan energi ke depan dengan menggenjot pengembangan energi terbarukan. Selain ramah lingkungan, energi terbarukan juga bisa membawa Indonesia menuju ketahanan dan kemandirian energi sebab sumber cadangan energi ini sangatlah melimpah.
Advertisement