Barter Komoditas dengan Pesawat Sukhoi Butuh Waktu 2 Tahun

Mendag Enggartiasto Lukita mengatakan, proses barter komoditas perkebunan dengan pesawat Sukhoi Rusia tak bisa dalam waktu singkat.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Sep 2017, 12:45 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2017, 12:45 WIB
20160817-Atraksi Sukhoi dan F-16 Meriahkan Hut RI ke-71
RI bakal barter kopi dengan pesawat Sukhoi

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) masih terus egosiasi terkait imbal beli (barter) komoditas perkebunan dengan pesawat Sukhoi Rusia. Setidaknya, proses barter ini akan membutuhkan waktu hingga 2 tahun.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, proses barter seperti ini memang tidak bisa berlangsung dalam waktu yang singkat. Sebab, ada ada teknis dan mekanisme barter yang harus dilakukan oleh kedua pihak.

"Ini baru pertama kali, jangan harap satu minggu selesai. Baru minggu lalu ditanya minggu ini selesai. We just started, kita baru mulai, baru mulai counter trade, persoalan teknis banyak," ujar dia di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (5/9/2017).

Enggartiasto mengatakan, untuk menyiapkan pesawat dan komoditas akan membutuhkan waktu hingga 2 tahun. Namun dia berharap proses barter ini bisa berjalan lebih cepat.

"Itu makan waktu dua tahun.‎ Kita enggak mungkin paksakan satu komoditas, kita juga enggak mau hanya diminta satu komoditas. Nah kita bikin long list dan nanti short list," kata dia.

Sementara terkait dengan kerupuk yang kabarnya ikut dimasukkan dalam daftar komoditas barter dengan pesawat Sukhoi Rusia, Enggartiasto memilih untuk tidak berkomentar. Menurut dia, banyak komoditas lain yang sudah ditawarkan kepada Rusia dan saat ini masih menunggu jawaban dari negara tersebut.

"(Komoditas) Ya banyak. Kita tanya sama mereka, banyak sekali ada listnya 20 lebih dan itu open. Mereka belum pilih, ya nanti (kalau) dibilang diviralkan (di media sosial)," ujar dia.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

RI Bakal Barter Kopi dengan Pesawat Sukhoi

Sebelumnya Pemerintah Indonesia serius untuk mem‎barter komoditas perkebunan lokal dengan pesawat tempur Sukhoi Su-35 buatan Rusia melalui skema imbal dagang. Hal tersebut menjadi salah satu agenda yang dibahas dalam kunjungan kerja Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke Rusia pada 3-5 Agustus 2017 lalu.

Namun, Enggartiasto belum mau menjelaskan secara detail apa saja yang disiapkan oleh pemerintah untuk bisa mendapatkan Sukhoi tersebut. Menurut Enggartiasto, pihaknya masih akan melakukan pembahasan dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

"Saya lagi minta waktu Pak Menteri Pertahanan. Itu nanti biar Pak Menteri Pertahanan yang bicara," ujar dia di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Kamis 10 Agustus 2017.

Seperti diketahui, dalam kunjungan kerja ke Rusia, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke Rusia untuk menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara BUMN Rusia, Rostec, dan BUMN Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia. Hal tersebut terkait rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 untuk menggantikan armada F-5 Indonesia yang sudah usang.

"Imbal dagang di bawah supervisi kedua pemerintah ini diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran sebelas Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan," jelas Enggartiasto.

Dia berharap agar kesepakatan imbal dagang kali ini dapat disusul oleh kesepakatan serupa menyangkut produk atau sektor lain.

Menurut Enggartiasto, kesempatan itu kini sangat terbuka karena Rusia menghadapi embargo perdagangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, serta sekutu-sekutunya terkait isu keamanan dan teritorial. Sementara, Rusia membalas dengan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya