Jalan di Bekasi Ini Beraspal Limbah Plastik

Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono mengungkapkan aspal limbah plastik ini diterapkan pertama kali pada jalan yang padat dilalui kendaraan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Sep 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2017, 12:00 WIB
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadikan Jalan Sultan Agung di Bekasi, Jawa Barat sebagai lokasi kedua infrastruktur jalan yang memakai aspal bercampur limbah plastik. (Liputan6.com/Ilyas Istianur P)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadikan Jalan Sultan Agung di Bekasi, Jawa Barat sebagai lokasi kedua infrastruktur jalan yang memakai aspal bercampur limbah plastik. (Liputan6.com/Ilyas Istianur P)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadikan Jalan Sultan Agung di Bekasi, Jawa Barat, sebagai lokasi kedua infrastruktur jalan yang memakai aspal bercampur limbah plastik. Sebelumnya, aspal sampah plastik diterapkan di jalan lingkup Kampus Universitas Udayana, Bali.
 
Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono mengungkapkan ini menjadi penerapan pertama kali di jalan yang padat dilalui kendaraan. Berbeda dengan yang diterapkan di kampus Universitas Udayana yang jumlah kendaraannya terbatas.

"Meski menggunakan limbah plastik, ini kualitasnya lebih baik jika dibandingkan aspal biasa. Selain itu, ini bisa dijadikan langkah awal dalam memanfaatkan limbah plastik yang selama ini hanya terbuang ke laut," kata Basuki di Bekasi, Sabtu (16/9/2017).
 
Dijelaskan basuki, penelitian mengenai pemanfaatan limbah plastik sabagai bahan campuran aspal sudah dimulai sejak 2008 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
 
Kemudian atas inisiasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, penelitian ini dilanjutkan kembali pada awal 2017. Referensi penelitian serupa sudah dilakukan di India.
 
Tonton Video Pilihan ini:


 
 

Hasil Kajian

Berdasarkan hasil kajian di laboratorium tahun 2017, campuran beraspal panas dengan bahan tambah limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall 40 persen dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah pada kadar limbah plastik tertentu dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar.
 
Penanganan limbah plastik menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi pemanasan global. Terutama jenis plastik yang nondegradable (tidak bisa terurai) atau plastik yang memiliki waktu urai cukup lama. Jenis limbah itu akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan dapat mengakibatkan banjir karena tersumbatnya saluran air.
 
Manfaat limbah plastik sebagai bahan tambahan pada campuran beraspal panas menjadi salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik yang merupakan wujud dari kepedulian terhadap lingkungan.
 
"Saya mengapresiasi upaya konkret yang dilakukan Kementerian PUPR. Ini bentuk usaha nyata dari team work di Kementerian PUPR dalam mendukung komitmen negara dalam menjaga lingkungan," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan di Bekasi.
 
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo pada pertemuan G-20 menyampaikan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70 persen hingga 2025. Upaya yang dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan potensi limbah plastik untuk pengerasan jalan.
 
Sementara itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 tercatat Indonesia akan membangun 2.600 km jalan nasional, 1000 km jalan tol dan pekerjaan pemeliharaan di semua wilayah dengan kebutuhan aspal sekitar 1,5 juta ton/tahun.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya