OPEC Prediksi Permintaan Bakal Menguat, Harga Minyak Melonjak

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,8 persen menjadi US$ 51,30 per barel.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Okt 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2017, 06:00 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik didorong sentimen the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau negara pengekspor minyak yang memperkirakan permintaan akan naik pada 2018. Selain itu ketegangan yang meningkat di Kurdistan juga mendukung kenaikan harga.

Harga minyak Brent naik 33 sen atau 0,6 persen menjadi US$ 56,94 per barel. Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak Brent naik dua persen. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 38 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 51,30 per barel.

OPEC memperkirakan permintaan minyak lebih kuat pada 2018. Dengan ada pemangkasan produksi oleh negara produsen minyak juga membantu menurunkan pasokan minyak secara global.

Sisi lain, ekspor minyak AS terus masuk ke pasar. AS tidak masuk dalam kesepakatan OPEC dan produsen lainnya termasuk Rusia untuk memangkas produksi 1,8 juta barel per gari. Produksi minyak mentah AS pun naik 10 persen pada 2018 menjadi lebih dari 9,5 juta barel.

Glencore menyatakan, pasar dapat menyerap volume minyak tersebut.

"Saya pikir pasar mampu menyerap dua juta barel per hari ekspor Amerika Serikat (AS) dengan mudah," ujar Kepala Perdagangan Minyak Glencore Alex Beard.

Arab Saudi menyatakan, pihaknya memproduksi minyak 9,7 juta barel per hari pada September. Angka itu alami kenaikan dari Agustus. Namun masih di bawah target.

American Petroleum Institute (API) menyatakan data yang menunjukkan kalau stok minyak mentah AS naik tak terduga pada pekan lalu. Sedangkan persediaan bensin menurun.

API mengatakan, persediaan minyak mentah naik 3,1 juta barel hingga 6 Oktober 2017. Rob Haworth, Senior Investment Strategist US Bank Wealth Management menyatakan, OPEC berharap produsen minyak AS memperlambat produksi.

Sentimen lainnya pengaruhi pasar yaitu, pasukan pemerintah Irak mempersiapkan serangan besar yang disampaikan oleh pemerintah daerah Kurdistan mempengaruhi harga minyak.

Akan tetapi, juru bicara militer Irak membantah ada serangan itu. "Kekhawatiran atas Kurdistan membantu kenaikan harga minyak ke US$ 51," ujar John Kiduff, Partner Again Capital LLC.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya