Bulan Depan, Aspal Sampah Plastik Ujicoba di Tol Tangerang-Merak

Jalan bebas hambatan ini akan menjadi tol pertama yang menggunakan aspal dari limbah plastik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Okt 2017, 21:10 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2017, 21:10 WIB
Kementerian PUPR Sulap Limbah Plastik jadi Aspal (TV)
Kementerian PUPR lakukan uji coba campuran sampah plastik dengan aspal. Apa hasilnya?

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan melakukan ujicoba penggunaan aspal campuran sampah plastik di tol Tangerang-Merak pada November 2017. Ujicoba ini dilakukan setelah aspal sampah plastik mengaspal di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Kepala Badan Litbang Kementerian PUPR, Danis H Sumadilaga mengungkapkan, ujicoba aspal sampah plastik di Makassar akan berlangsung dalam waktu dekat, setelah Bekasi. Tepatnya pada 23-24 Oktober 2017.

"Kita meyakini stabilitas aspal campuran plastik lebih baik. Ini sedang dijajaki di Makassar, 23-24 Oktober ini. Makassar lebih cepat siap, dan nanti kita akan kasih tahu bagaimana mencampurnya," ujar dia di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Selasa (17/10/2017).

Agenda pengaspalan berikutnya, diakui Danis, adalah pada tol Tangerang Merak yang ditargetkan berjalan di awal November. Jalan bebas hambatan ini akan menjadi tol pertama yang menggunakan aspal dari limbah plastik.

"Awal November, tol Tangerang-Merak. Ini jadi yang pertama, tapi kita coba di pinggir, akses pintu masuk dan di rest area, belum di jalan tolnya. Ini lagi dibicarakan dengan pengelolanya," Danis menjelaskan.

Dia melanjutkan, ujicoba aspal sampah plastik akan dilanjutkan di Medan dan Surabaya. Ujicoba kedua daerah ini masih dalam proses perumusan.

"Target kita sampai akhir tahun ini. Karena ini masuk anggaran 2017, sebelumnya belum masuk spesifikasi aspal plastik, kita coba perubahan spek, sehingga ada administrasi yang harus disiapkan," tukas Danis.

Tonton Video Pilihan Ini:

 

Manfaatkan Sampah Plastik, Pemerintah Berdayakan Pemulung

Pemerintah tengah mengujicobakan aspal berbahan campuran limbah plastik di Indonesia. Dua lokasi jalan dipilih sebagai ajang uji coba aspal bercampur sampah plastik, yakni di jalan lingkup Kampus Universitas Udayana, Bali, setelah itu di Jalan Sultan Agung di Bekasi.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan banyak manfaat dari penerapan teknologi aspal berbahan campuran limbah plastik ini.

Pertama, menjaga lingkungan untuk tetap bersih. "Negara kita ini salah satu penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Selama ini, sampah itu hanya terbuang ke laut, dan tercemar. Dengan begini, kita bisa lakukan satu terobosan yang bagus dalam menjaga lingkungan kita," kata Luhut di Bekasi, Sabtu (16/9/2017).

Hanya saja, Luhut mengingatkan, yang menjadi isu seiring penerapan teknologi ini adalah pasokan limbah plastik. Terkait ini, dia meminta Kementerian PUPR untuk bekerja sama dengan para pemulung dan pelajar di setiap sekolahan.

Kerja sama dengan pemulung ini sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Sementara dengan pelajar adalah kerja sama dalam penggilingan limbah plastik tersebut sebelum bercampur ke aspal.

"Jadi bisa saja nanti murid-murid sekolah itu buang sampahnya tidak sembarangan, dikumpulin nanti kita kasih uang jajan. Lalu pengolahannya dengan SMK-SMK di Indonesia, mereka punya mesin giling," tegas Luhut.

Saat ini harga limbah plastik dari pengepul pemulung setiap 1 kg dihargai Rp 2.500. Namun jika sudah digiling, harga limbah plastik ini akan dihargai Rp 4.500 per kg.

Potensi pemanfaatan limbah plastik di Indonesia sebagai bagian dari bahan aspal jalan di Indonesia sangat tinggi. Saat ini, kebutuhan aspal nasional sekitar 1,5 juta ton per tahun.

Apabila penggunaan limbah plastik sekitar 6 persen dari kadar aspal dengan asumsi 50 persen dari seluruh campuran beraspal menggunakan limbah plastik, maka potensi penggunaan limbah plastik untuk konstruksi jalan sekitar 0,045 juta ton per tahun.

Dari asumsi ketebalamn lapisan jalamn 4 cm dan lebar antara 7-14 meter (m), maka untuk 1 km jalan dapat menyerap 2,5-5 ton limbah plastik. Dengan penggunaan limbah plastik ini, biaya tambahan yang diperlukan hanya sekitar 1-2 persen dari campuran beraspal konvensional, tapi kualitasnya jauh lebih tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya