Cari Rumah Lewat Online Dapat Dorong Sektor Properti

Pengamat prediksi tren properti masih stagnan pada 2018 lantaran pertumbuhan ekonomi global yang stagnan.

oleh Vina A Muliana diperbarui 19 Okt 2017, 15:15 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2017, 15:15 WIB
Property Rumah
Ilustrasi Foto Property Rumah (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Tren properti nasional pada 2018 diprediksi stagnan. Ekonom Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko mengatakan, akan ada pertumbuhan namun kenaikannya tidak terlalu tinggi.

Hal ini sesuai dengan laporan terbaru yang dikeluarkan Rumah.com dalam Property Market Outlook 2018 menunjukkan proyeksi indeks properti nasional yang stagnan. Indeks properti nasional pada kuartal I (Q1) 2017 naik tipis 0,4 persen (q-o-q) lalu berlanjut pada kuartal II tumbuh sebesar 0,97 persen (q-o-q).

"Pasar properti menunjukkan tanda-tanda pemulihan tetapi penjual masih memperhatikan daya beli konsumen. Ini berarti pasar properti sedang berada dalam 'soft market'," tulis laporan tersebut.

Sementara di sisi volume suplai properti, indeks menunjukkan sedikit fluktuasi. Pada kuartal I mencatat kenaikan sebesar 11,4 persen (q-o-q), selanjutnya turun sebesar 2,1 pada kuartal II 2017 (q-o-q). Secara year on year, kenaikan pada kuartal III 2017 mencapai 23 persen.

Agustinus mengatakan, pasar properti yang diproyeksi stagnan ini berimbas dari pertumbuhan ekonomi global yang juga stagnan. Perekonomian Indonesia, menurut dia, sangat dipengaruhi oleh komoditas dan ekonomi global.

"Perekonomian Indonesia 2018 diperkirakan memang lebih baik dari 2017, tapi realisasinya lebih rendah dari ekspektasi," kata Agustinus di acara Property Market Outlook 2018 di Jakarta, (19/10/2017)

"Dinamika ekonomi global dalam laporan yang selalu rutin ririlis oleh IMF, kita bisa lihat mulai April 2016 mereka menyebut too slow for too long. Jadi artinya, ekonomi global diprediksi akan tumbuh lambat dalam periode yang lama," lanjutnya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan mendorong daya beli masyarakat lewat memperbesar informasi properti via teknologi. Agustinus menuturkan, 60 persen penduduk Indonesia didominasi oleh kelompok usia di bawah 34 tahun yang sangat lekat dengan teknologi. Ini merupakan sasaran pasar yang tepat.

"Ekonomi global stagnan menjadikan ekonomi indonesia stagnan, demand perumahan tinggi tapi daya beli rendah. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mendorong marketplace melalui teknologi sehingga informasi akan perumahan lebih bisa didapat," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya