Vivo Dongkrak Harga BBM karena Minyak Dunia Melambung

Vivo terpaksa menaikkan harga BBM dengan kadar Research Octane Number (RON) ‎89.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Nov 2017, 07:12 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2017, 07:12 WIB
SPBU VIVO
Angkutan umum antri melakukan pengisian BBM di SPBU Vivo di kawasan Cilangkap, Jakarta, Kamis (26/10). SPBU tersebut akan menyalurkan BBM bensin Research Octane Number (RON) 89, 90, dan 92 dengan merk Revvo. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - PT Vivo Energy Indonesia memutuskan untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Revvo 89. Langkah menaikkan BBM ini karena tekanan dari kenaikan harga minyak dunia.

Corporate Communication Vivo Maldi Al-Jufrie mengatakan, Vivo terpaksa menaikkan harga BBM dengan kadar Research Octane Number (RON) ‎89 pada Sabtu. Sebelumnya harga Revvo 89 di angka Rp 6.100 per liter kemudian naik menjadi Rp 6.300 per liter.

"Kami akan menaikkan harga jual produk kami diantaranya 89 dari Rp 6.100 menjadi Rp 6.300 per liter," kata Maldi, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (5/11/2017).

Keputusan untuk menaikkan harga BBM jenis Revvo 89 tersebut diambil karena Vivo karus mengikuti perkembangan harga minyak dunia yang mengalami kenaikan.

"Dikarenakan harga minyak yang terus naik, dimana seluruh produk Vivo akan selalu mengikuti perkembangan minyak dunia," jelasnya.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, di SPBU Vivo kawasan Cilangkap, Jakarta Timur, perusahaan yang berkedudukan di ‎Swiss tersebut hanya menaikan BBM jenis Revvo 89. Sedangkan Revvo 90 tetap dijual Rp 7.500 per liter dan Revvo 92 Rp 8.250 per liter.

"Kami akan senantiasa melakukan penyesuaian atas harga produk-produk Vivo dengan harga minyak dunia dan akan berusaha memastikan harga keekonomiannya, agar selalu bersahabat dengan masyarakat," tutup Maldi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Minyak dunia

Harga miyak mentah dunia naik pada perdagangan Jumat pekan ini sehingga saat penutupan mencetak rekor. Kenaikan harga minyak mentah ini karena jumlah sumur pengeboran yang aktif berkurang.

Selain itu, sentimen lain pendorong kenaikan harga minyak adalah peningkatan permintaan dunia dan juga ekspektasi bahwa negara-negara angggota organisasi eksportir minyak (OPEC) akan terus memperpanjang kesepakatan pengurangan produksi.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,10 atau 2 persen ke level US$ 55,64 per barel pada penutupan perdagangan Jumat, rekor tertinggi sejak Juli 2015.

Sedangkan harga minyak patokan global yaitu Brent naik US$ 1,45 atau 2,4 persen ke level US$ 62,07 per barel. Brent telah meningkat sekitar 38 persen sejak menyentuh level terendah di bulan Juni 2017.

Baik harga WTI maupun Brent telah naik lebih dari 3 persen dalam perdagangan selama satu pekan ini.

Perusahaan energi AS memangkas delapan sumur pengeboran minyak pada pekan ini. Ini merupakan penutupan terbesar sejak Mei 2016. Penutupan sumur pengeboran mulai dilakukan oleh produsen minyak AS sejak musim panas lalu ketika harga minyak menyentuh level terendah yaitu di bawah US$ 50 per barel.

Jumlah sumur pengeboran turun menjadi 729 buah pada minggu pertama November ini dan merupakan tinggat terendah sejak Mei. Hal tersebut diungkapkan oleh perusahaan jasa energi Baker Hughes, a GE company.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya