Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyatakan, jumlah wirausaha saat ini sudah mencapai rasio 3,1 persen dari total populasi penduduk Indonesia. Angka ini sudah melampaui standar internasional, yakni sebesar 2 persen.
Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengatakan, rasio wirausaha di Indonesia sudah meningkat menjadi 3,1 persen dari total penduduk Indonesia dari sebelumnya hanya 1,55 persen di 2014.
Jika dihitung dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 260 juta jiwa, maka jumlah wirausaha Indonesia saat ini mencapai sekitar 8,06 juta jiwa.
Advertisement
Baca Juga
"Rasionya di 2014 baru 1,55 persen, tapi sekarang sudah 3,1 persen dari total penduduk Indonesia. Angka itu sudah di atas standar internasional yang mematok 2 persen. Jadi pecah telur," terang Puspayoga di kantornya, Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Dia mengaku, rasio wirausaha di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura yang sudah mencapai 7 persen dari total 4 juta penduduknya, serta Malaysia yang sudah berada di level 5 persen.
"Kita sekarang baru pecah telur, negara tetangga sudah dari dulu. Setiap tahun target kita meningkat 1 persen, dan diharapkan bisa mencapai 5 persen jumlah wirausaha kita di 2019. Ini target yang terukur, tidak ngawur," tegas Puspayoga.
Lebih jauh dirinya mengatakan, pemerintah memberikan bantuan modal awal bagi wirausaha pemula untuk pengembangan usaha mikro. Pada tahun lalu, target pemerintah menyalurkan bantuan permodalan 1.200 wirausaha pemula dengan anggaran Rp 15,6 miliar untuk kawasan daerah tertinggal, kawasan ekonomi khusus, dan daerah antarkelompok berpendapatan rendah.
"Realisasinya mencapai 1.325 wirausaha pemula sampai akhir Desember lalu. Target di 2018, bantuan modal Rp 10-13 juta ini bisa menjangkau 1.831 wirausaha pemula," tutur Puspayoga.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
PDB Koperasi
Selain itu, Puspayoga menambahkan, untuk pertama kalinya, anak usaha Koperasi Simpan Pinjam Jasa, PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk sudah melantai di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun lalu.
"Kita dorong lagi anak usaha koperasi lain masuk bursa efek karena di tahun ini, reformasi total tetap akan dijalankan sehingga koperasi dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional," dia menjelaskan.
Puspayoga menyebut, kontribusi koperasi sebagai lembaga hingga kuartal III-2017 mencapai Rp 451,95 triliun atau 4,48 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional di kuartal III lalu senilai Rp 10.096,30 triliun. Nilai PDB nasional tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik.
Sementara untuk kontribusi sampai dengan akhir tahun, Kementerian Koperasi dan UKM belum dapat merilisnya lantaran PDB nasional dari laporan BPS belum resmi keluar.
"Dari zaman dulu, baru sekarang pecah telur. Di 2014, kontribusi koperasi ke PDB nasional hanya 1,71 persen. Namun sekarang sudah 4,48 persen. Ini sejalan dengan program presiden untuk meningkatkan kesejahteraan secara merata," Puspayoga berujar.
Sementara perkiraan kontribusi anggota koperasi terhadap PDB nasional yakni sebesar Rp 3.144,14 triliun atau 30,84 persen dari total PDB nasional. Dengan demikian, total perkiraan kontribusi lembaga dan anggota koperasi sebesar 35,32 persen hingga kuartal III-2017.
"Memang kontribusi koperasi 4,48 persen masih rendah sih dibanding negara lain yang sudah mencapai 8 persen atau 18 persen, seperti Denmark. Tapi ini kan kita sudah fokus meningkatkan PDB koperasi supaya kesejahteraan masyarakat naik," ujar Puspayoga.
Advertisement