Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II (Persero) membuka kedai kopi lokal binaannya NA Coffee di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hal ini bentuk dukungan pengembangan Unit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Direktur of Finance PT Angkasa Pura II Andra Y Agussalam mengatakan, dukungan terhadap UMKM ini bertujuan untuk mengimbangi dominasi kedai-kedai kopi asing, khususnya yang ada di bandara-bandara milik perusahaan. Kedai kopi yang dirintis anak-anak muda dari Aceh ini berada di bawah bimbingan Iskandarsyah Madjid dari Pembina UMKM Universitas Syiah Kuala Aceh.
"Kami mendatangkan khusus NA Coffee untuk dapat berwirausaha mengingat masih minimnya jumlah kedai kopi lokal yang ada di bandara," kata Andra, di Jakarta, Sabtu (20/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Di samping itu, lanjut Andra, pembukaan kedai ini menjadi wujud persaingan sehat yang dilakukan pemuda-pemuda kreatif bangsa, untuk bersaing dengan kedai kopi asing yang sudah ada lebih dulu.
"Kedai kopi menjadi pilihan usaha tepat mengingat makin menjamurnya usaha kopi lokal yang rasanya tak kalah dari kopi asing. Dan kami mendukung usaha anak bangsa untuk memperkenalkan Indonesia melalui cita rasa kopi yang berbeda dari masing-masing wilayah," terang Andra.
Sebagai pengelola 14 bandara di Indonesia, Angkasa Pura II akan terus mendatangkan kedai kopi lokal untuk membuka gerai di terminal bandara.
Seperti kedai kopi yang cukup fenomenal dan sudah berjalan hampir setahun di Bandara Internasional Kualanamu Deliserdang, yakni kedai kopi Kok Tong. Kedai kopi ini tak kalah penjualannya dengan kedai kopi asing yang sudah terkenal.
Komisaris Utama Angkasa Pura II Rhenald Kasali menuturkan, langkah Angkasa Pura II ini merupakan cara efektif untuk mengangkat potensi lokal dan mengembangkan UMKM,tanpa harus melakukan penyuluhan atau seminar usaha.
"Saya diberikan arahan oleh Presiden Joko Widodo untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi para masyarakat dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan kepedulian kami untuk menjalankan arahan presiden," ujar Rhenald.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
AP II Dipercaya Kelola 7 Bandara Baru pada 2018
Sebelumnya, setelah selesai dengan pemberian hak Pengelolaan Bandara Banyuwangi kini Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan akan memberikan hak pengelolaan di tujuh Bandara Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Udara kepada Angkasa Pura II (AP II).
Keputusan ini berdasarkan atas hasil rapat koordinasi Menteri Perhubungan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 15 Januari 2018 terkait dengan Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) Aset Bandara UPBU NON BLU dan Kerja Sama Operasi (KSO) Aset UPBU BLU.
Proposal 7 rencana kerja sama (KSO dan KSP) yang diajukan oleh PT AP II harus dituntaskan dalam waktu dua bulan dari sekarang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, tujuan kerja sama ini agar bandara yang dikerjasamakan bisa berkembang dengan baik dan pelayanan kepada penumpang juga turut meningkat.
Selain itu, dana pengembangan bandara yang selama ini berasal dari APBN dapat disalurkan ke sektor yang lebih membutuhkan seperti bandara-bandara terdalam – terluar - terpencil, angkutan perintis, dan sebagainya.
“Dengan demikian, kita mendapat beberapa manfaat. Di antaranya dapat menghemat pengeluaran dari sumber APBN. Selain itu pelimpahan operasional kepada operator bandara dalam hal ini PT Angkasa Pura II dapat memberikan dampak yang baik bagi pelayanan kepada pengguna jasa bandara seperti penumpang, maskapai, tenant di terminal, dan sebagainya,“ ujar Budi Karya dalam keterangannya, Rabu 17 Januari 2018.
Adapun tujuh Bandara UPBU yang akan dikerjasamakan terdiri dari tiga Bandara dengan pola Kerjasama Pemanfaatan (KSP) dan empat Bandara dengan pola Kerjasama Operasi (KSO).
Tiga Bandara KSP yakni : Bandar Udara Maimun Saleh - Sabang, Bandar Udara F.L Tobing - Sibolga, dan Bandar Udara Tjilik Riwut – Palangkaraya. Sedangkan empat Bandara KSO adalah : Bandar Udara Fatmawati – Bengkulu, Bandar Udara Radin Inten II –Lampung, Bandar Udara HAS Hanandjoeddin – Belitung, dan Bandar Udara Sentani – Jayapura.
Sementara itu Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso menambahkan bahwa Ditjen Perhubungan Udara sudah mempersiapkan bandara-bandara yang akan dikerjasamakan baik dari sisi udara maupun dari sisi darat sesuai dengan aturan penerbangan yang berlaku.
"Kami telah menugaskan Direktorat Bandar Udara dan Direktorat Keamanan Penerbangan untuk mempersiapkan dan mendukung agar bandara tersebut siap untuk dikerjasamakan dan dapat memberi manfaat yang lebih baik kepada semua pihak secara berkelanjutan," tambah Agus Santoso.
Advertisement