Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dilaporkan bakal segera kehabisan cadangan uang akibat terlalu sering mengadakan uji coba nuklir. Padahal, cadangan uang rahasia tersebut didapat Kim Jong-un dari dana warisan ayahnya, Kim Jong-il.
Kabar ini didapat Radio Free Asia dari sumber asal China yang kenal dekat dengan pemerintahan diktator tersebut. Menurutnya, keikutsertaan Korea Utara dalam olimpiade Musim Dingin yang bakal diselenggarakan di Korea Selatan juga merupakan cara pemerintah Korut untuk menyokong perekonomiannya yang sudah mencekik.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari Radio Free Asia, Jumat (2/2/2018), dana rahasia diturunkan ke Kim Jong-un setelah sang ayah meninggal. Kondisi perekonomian yang terus memburuk di Negeri Ginseng Merah tersebut adalah hasil keputusan Kim Jong-un yang terus menerus melakukan peluncuran misil dan uji coba nuklir.
Tak hanya itu, pengeluaran Kim Jong-un dalam jumlah besar seperti pembangunan resor ski di Masikryong pada 2013 dan konstruksi kondominium di Ryomyong juga membuat kondisi finansialnya makin memburuk.
Sumber yang ingin dirahasiakan identitasnya itu mengatakan, banyak orang yang takut dana yang tersimpan di Office 39 ini bisa segera habis. Office 39 merupakan organisasi penyedia dana gelap bagi keluarga Kim Jong-un agar tetap bisa hidup bergelimangan harta.
"Akibat pemborosan yang dilakukan Kim Jong Un, dana yang ditinggalkan sang ayah, sudah semakin menipis," ujar sumber tersebut.
Anggaran yang disediakan organisasi ini berasal dari banyak kegiatan ilegal semisal pemalsuan uang, produksi obat terlarang, dan penipuan asuransi internasional.
Uang yang dihasilkan organisasi ini berkisat antara 500 juta hingga US$ 1 miliar.
"Saya mendengar adanya kekhawatiran kurangnya dana di Kantor No.39. Dan, para pejabat tinggi Korea Utara sudah mengetahui hal ini, jadi ini bukan rahasia lagi," ujar sang sumber.
Lebih lanjut sumber itu mengatakan, selama masa pemerintahannya Kim Jong-un telah menadakan empat uji coba senjata nuklir dan 20 kali uci coba misil balistik. Sebagian besar dana untuk uji coba itu dikeruk dari dana rahasia.
Perekonomian Korea Utara semakin terpuruk berkat diterapkannya sanksi oleh Dewan Keamanan (DK) PBB. DK PBB menjatuhkan sanksi dengan melarang seluruh negara di dunia menerima para pekerja asal Korea Utara dan mengharuskan semua pekerja Korea Utara pulang ke negaranya dalam waktu dua tahun.
Langkah terbaru PBB ini memberi pukulan berat bagi keuangan Pyongyang. Rusia yang biasanya menjadi tujuan pekerja asing Korea Utara akan segera mendeportasi puluhan ribu pekerja asal Pyongyang dari negaranya.
Sanksi bertubi-tubi
Negara pimpinan Kim Jong-un, Korea Utara (Korut), tengah melakukan segala upaya untuk bisa menstimulasi perekonomiannya di tengah gencetan berbagai sanksi internasional. Salah satunya adalah dengan tetap mempertahankan kerja sama dagang dengan China yang merupakan mitra dagang terbesarnya.
Anehnya, meski tertimpa banyak sanksi internasional, negara terisolir ini ternyata masih bisa mengalami peningkatan perekonomian. Lalu, apa sebenarnya cara yang dilakukan Korea Utara dalam meraup pundi-pundi pemasukan?
Berikut ulasannya melansir BBC:
1. Tetap menjaga hubungan dengan negara-negara internasional
Korut memang telah masuk daftar hitam bagi beberapa negara seperti Amerika Serikat, Malaysia dan Singapura. Meski demikian, ada banyak negara lain yang masih mau berhubungan dengan negara komunis satu ini.
Paul Tjia, pendiri perusahaan IT Belanda yang memiliki basis di Korea Utara menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Menurutnya, banyak negara Eropa yang ingin bekerja sama bisnis dengan Korut demi berkontribusi akan kemajuan ekonominya.
"Semua orang ingin menjalankan bisnis internasional. Jika Anda ingin melihat perkembangan, hal itu harus dilakukan oleh penduduk setempat. Itulah mengapa investasi luar negeri diperlukan," tuturnya.
Lebih lanjut, kerja sama bisnis negara internasional dengan Korea Utara juga bisa dilihat saat pemerintah Kim Jong-un mengadakan Pyongyang Autumn International Trade Fair pada September tahun lalu.
Di acara tersebut, pebisnis internasional dari berbagai negara dilaporkan hadir. Mereka datang dari Syria, China, Kuba, Italia, Vietnam, Taiwan hingga Indonesia.
Advertisement
2. Membuat iklan yang tidak mencantumkan rezim Kim Jong-un
Cara kedua yang dilakukan Korea Utara agar kerja sama bisnisnya tetap bisa berjalan adalah dengan mencetak poster, proposal atau pamflet produk yang tidak mencantumkan propaganda Kim Jong-un. Bebeda dengan apa yang biasanya masyarakat di negara itu terima, pamflet yang digunakan untuk berbisnis hanyalah berisi tentang informasi produk.
Uniknya lagi, produk yang ditawarkan Korea Utara juga tidak jauh berbeda dengan produk yang sedang hits di pasaran. Mulai dari barang-barang kebutuhan pribadi hingga barang elektronik seperti ipad dan komputer.
Stephan Haggard, profesor ahli ilmu hubungan Korea-Pasifik di University of California San Diego mengatakan, produk-produk ini tidaklah diproduksi hanya untuk propaganda.
"Produk-produk ini bukan untuk propaganda, melainkan hanya untuk bisnis," tutur dia.
3. Mendapatkan devisa dari pekerja internasional
Sumber devisa yang paling menguntungkan berasal dari pekerja Korea Utara yang ditempatkan di luar negeri. Pekerja ini bekerja keras di lokasi galangan kapal dan konstruksi di 40 negara di seluruh dunia.
Korea Utara bahkan memiliki perusahaan perdagangan khusus yang mengatur kontrak kerja dengan perusahaan asing. Pekerja yang disalurkan akan ditempatkan di berbagai negara seperti Rusia, China, Afrika dan Eropa.
Penelitian yang dilakukan berdasarkan kesaksian para pembelot Korut telah menemukan bahwa setidaknya dua pertiga gaji pekerja dikirim kembali ke Korea Utara.
Advertisement