Liputan6.com, Jakarta - Harga jual emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau emas Antam turun Rp 1.000 menjadi Rp 636 ribu per gram pada perdagangan Senin (12/2/2018). Pada perdagangan Sabtu pekan lalu, harga emas Antam di posisi Rp 637 ribu per gram.
Sedangkan harga pembelian kembali atau buyback emas Antam menjadi Rp 567 ribu per gram. Harga buyback ini adalah jika Anda akan menjual emas, maka Antam akan membelinya di harga Rp 567 ribu per gram.
Pembayaran buyback dengan volume di atas 1 kilogram (kg) akan dilakukan maksimal dua hari setelah transaksi dengan mengacu pada harga buyback hari transaksi.
Advertisement
Baca Juga
Antam menjual emas dengan ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram. Hingga pukul 08.19 WIB, sebagian besar ukuran emas Antam masih tersedia kecuali ukuran emas Antam 250 gram dan 500 gram.
Harga emas Antam ini berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Sedangkan di gerai penjualan emas Antam lain bisa berbeda.
Sementara untuk harga emas Antam bercorak batik dengan ukuran 10 gram dipatok Rp 6.477.000 atau Rp 647.700 per gram. Sedangkan ukuran 20 gram di angka Rp 12.557.000 atau Rp 627.850 per gram.
Antam juga menjual emas edisi Idul Fitri. Untuk ukuran 1 gram dijual di harga Rp 712.000. Ukuran 2 gram di jual Rp 1.308.000 dan harga emas ukuran 5 gram dijual Rp 3.112.000.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Daftar Harga Jual Emas Antam
Berikut daftar harga emas yang dijual Antam:
* Pecahan 1 gram Rp 636.000
* Pecahan 5 gram Rp 3.037.000
* Pecahan 10 gram Rp 6.023.000
* Pecahan 25 gram Rp 14.983.000
* Pecahan 50 gram Rp 29.916.000
* Pecahan 100 gram Rp 59.783.000
* Pecahan 250 gram Rp 149.332.000
* Pecahan 500 gram Rp 298.462.000
Advertisement
Harga Emas Dunia
Sebelumnya, harga emas diprediksi tertekan pada pekan ini. Rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) seperti inflasi dan indeks dolar AS akan berdampak ke harga emas.
Harga emas sempat tertekan ikuti bursa saham AS yang turun tajam pada pekan lalu. Bahkan indeks saham Dow Jones turun lebih dari 1.000 poin dalam dua sesi. Total keseluruhan, indeks saham Dow Jones ditransaksikan di posisi 23.784. Indeks saham Dow Jones turun lebih dari enam persen sejak Jumat pekan lalu.
Harga emas pun ditransaksikan turun 2,7 persen ke posisi US$ 1.316,60 per ounce pada pekan lalu.
"Ini bukan hal biasa melihat harga emas turun tajam. Ini pertama kali terjadi koreksi di pasar, dan kami berharap terjadi aksi jual dan dana kas investor naik. Mereka akan jual keuntungannya dan cairkan ke emas," jelas Eugen Weinberg, Kepala Riset Commerzbank, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin 12 Februari 2018.
Ke depan, harga emas dapat lanjutkan penurunan dalam waktu dekat. Weinberg menuturkan, tidak banyak waktu untuk harga emas dapat kembali menguat. Oleh karena itu, ia harapkan investor jangka panjang dari harga emas berada di posisi rendah.
"Semakin lama krisis di bursa saham berlangsung, semakin banyak permintaan akan aset safe haven. Harus ada permintaan kuat di posisi US$ 1.300 per ounce," ujar dia.
Kepala Riset London Capital Group, Jasper Lawler mengatakan, koreksi saham tidak cukup untuk memacu permintaan emas. Dia menambahkan, koreksi 10 persen dipandang sehat oleh analis saham. Akan tetapi, bila saham turun dalam jangka panjang, ia menuturkan emas dapat terlihat lebih menarik.
Lawler menambahkan, investor seharusnya tidak berharap harga emas dapat meroket dalam waktu cepat. Ini seiring ada harapan berkembang kalau bank sentral global akan perketat kebijakan moneter agresif," ujar dia.
Ia menambahkan, investor juga bertanya-tanya reaksi bank sentral bila inflasi terbalik. "Pasar emas butuh inflasi tinggi namun suku bunga rendah dapat menunjang hal tersebut," ujar dia.
Pada pekan ini, ada laporan inflasi pada Januari. Jika inflasi lebih tinggi sesuai target bank sentral AS atau the Federal Reserve sebesar dua persen, hal itu bisa berdampak ke pasar saham. Ini dapat memaksa bank sentral AS lebih agresif untuk perketat kebijakan moneter.
Data ekonomi bakal berdampak untuk harga emas. Bank sentral AS memicu harapan suku bunga akan naik meningkatkan biaya harga emas. Selain inflasi, data ekonomi yang keluar lainnya yaitu penjualan ritel di Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, data ekonomi seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi baik menjadi pertimbangan the Federal Reserve menaikkan suku bunga. Sejak pekan lalu, ada spekulasi kemungkinan suku bunga the Federal Reserve naik empat kali hingga akhir 2018. Akan tetapi, berdasarkan indeks berjangka, ada kemungkinan suku bunga the Federal Reserve naik dua kali hingga akhir 2018.
Selain data ekonomi AS perlu dicermati investor, pergerakan indeks dolar AS harusnya juga menjadi perhatian. Indeks dolar AS sudah bangkit 1,5 persen sejak sentuh level terendah dalam tiga tahun pada dua minggu lalu.
"Dengan dolar AS menunjukkan tanda dapat lawan mata uang utama lainnya. Harga emas geraknya akan berat. Dolar AS menguat dapat bebani harga emas," ujar Lawler.
Bill Baruch, Presiden Blue Line Futures menuturkan, reli dolar AS yang terjadi seiring kembali bangkit dari level terendah dan berusaha untuk tembus level tertinggi dalam jangka pendek. "Saya rasa indeks dolar AS punya cukup momentum. Ini dapat berada di level 91. Saya rasa level ini tidak bertahan," kata dia.
Baruch menuturkan, dirinya akan masuk beli harga emas di posisi US$ 1.301. Hal ini mengingat harga emas dapat lanjutkan tekanan dalam jangka pendel. Analis juga menuturkan, harga emas di level US$ 1.301 per ounce menjadi level perlu dicermati. Jika level support itu ditembus, harga emas akan sentuh level US$ 1.280 per ounce.
Sedangkan Analis IG Chris Beauchamp menuturkan, dirinya melihat posisi harga emas untuk level support di US$ 1.313. Level ini menarik untuk dicermati pelaku pasar.
"Aksi jual terjadi lagi. Jadi pembeli ingin beli harga emas di level yang sudah diincar," ujar dia.
Lawler menuturkan, meski harga emas akan lanjutkan tekanan, hal tersebut tidak turun tajam. Kecuali harga emas di bawah posisi US$ 1.240 per ounce.