Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengaku telah melakukan intervensi di pasar keuangan untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hal ini penting, mengingat volatilitas yang tinggi bisa memengaruhi ekonomi RI.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan, memang saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah terlalu murah (undervalue).
Advertisement
Baca Juga
"Sebelum mengalami fluktuasi rupiah itu sudah undervalue sebenarnya," kata Mirza di kompleks Bank Indonesia, Jumat (2/3/2018).
Mirza menambahkan fluktuasi rupiah tersebut jelas bukan karena sentimen domestik, melainkan sentimen dari global, khususnya AS. Secara spesifik, rupiah bergejolak karena banyaknya spekulan jelang FOMC meetings pada Maret 2018.
Dalam pertemuan tersebut, diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya yang pertama kali pada 2018. Lalu berapa sebenarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ideal?
"Level 13.200 - 13.300 per dolar AS, ini yang lebih cocok. Sekarang agak overshoot,” tegas dia.
Intervensi
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Doddy Zulverdi mengatakan dengan adanya intervensi dari Bank Indonesia ini, pelemahan rupiah bisa lebih terkontrol.
"Ini sebenarnya pengaruh global, terutama spekulasi pasar mengenai rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed dalam FOMC bulan depan. Jadi bukan karena faktor domestik," kata Doddy di Gedung Bank Indonesia, Kamis kemarin.
Bahkan, Dody memaparkan kondisi fundamental Indonesia justru menunjukkan tren perbaikan. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus membaik dan inflasi lebih terkendali.
"Jadi kalau tadi kita lihat rupiah sempat di level 13.800 per dolar AS itu terlalu berlebihan dan tidak sesuai fundamentalnya. Makanya dari tadi pagi kita aktif di pasar. Bahkan sebenarnya rupiah punya potensi penguatan," tegasnya.
Hanya saja, Doddy tidak bisa memastikan berapa cadangan devisa yang telah diguyurkan ke pasar, mengingat itu adalah bagian dari strategi Bank Indonesia yang bersifat rahasia.
Advertisement