Pemerintah Cari Cara Kembalikan Kejayaan Industri RI

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku dan barang modal impor untuk industri masih sangat tinggi.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Apr 2018, 17:17 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2018, 17:17 WIB
20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Pekerja saat mengelas komponen mobil di pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Untuk The All New Fortuner sendiri, kandungan lokal produk mencapai 75%. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan mendorong sektor industri manufaktur untuk agar meningkatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini diharapkan dapat membantu Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, sejak 2005, sektor industri terus mengalami penurunan. Sedangkan pada 2017, kontribusi sektor industri terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya sebesar 20,2 persen.

"Kalau kita lihat, suatu negara kalau ingin menjadi negara berpendapatan tinggi, tidak terjebak di middle income countries, seharusnya pertumbuhan sektor industri harus lebih besar dari pertumbuhan ekonomi," ujar dia di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (12/4/2018).

Menurut Iskandar, kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini kebaikannya, di mana pertumbuhan ekonomi justru ditopang oleh sektor-sektor lain di luar industri. Hal ini membuat nilai tambah dan kualitas dari pertumbuhan ekonomi tergolong rendah.

"Berarti pertumbuhan sektor-sektor lain lebih cepat dari pertumbuhan industri. Kalau pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari sektor industri, berarti pertumbuhan sektor lain melampaui industri. Artinya memproses sumber daya alam (SDA) lebih lambat dibandingkan dengan extract SDA. Ini nilai tambah ekonomi jadi lebih rendah. Untuk dorong produktivitas suatu negara jadi negara maju dia harus dorong sektor industri," jelas dia.

 

Ketergantungan Bahan Baku

20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil di pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Pabrik ini memproduksi Kijang Innova serta Fortuner mencapai 130.000 unit pertahun. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Selain itu, lanjut dia, dalam dua tahun terakhir, ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku dan barang modal impor untuk industri masih sangat tinggi. Dalam dua tahun ini, komposisi impor Indonesia didominasi oleh bahan baku sebesar 75 persen. Kemudian barang modal 16 persen dan 9 persen barang konsumsi.

Jika ingin lepas dari ketergantungan impor ini, maka mau tak mau industri mulai dari hulu hingga hilir harus harus segera ditingkatkan.‎

"Kalau tidak bisa kembangkan sektor industri maka ketergantungan bahan baku terhadap industri akan sangat tinggi. Daya saing industri kita lebih rendah dalam pasar ekonomi global. Ini jadi perhatian pemerintah, bagaimana sektor industri kembali ke kejayaannya," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya