Menperin Buka-bukaan Soal Kontribusi Manufaktur ke Ekonomi Indonesia

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menepis anggapan kalau Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi dini.

oleh Arief Rahman H diperbarui 13 Feb 2025, 17:10 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 16:54 WIB
Menperin Buka-bukaan Soal Kontribusi Manufaktur ke Ekonomi Indonesia
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Foto: Kemenperin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membeberkan bukti kontribusi industri manufaktur ke ekonomi nasional. Ini sekaligus membantah anggapan Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi.

Dia mencatat, kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat sejak 2022. Termasuk tren peningkatan dari kuartal III ke kuartal IV 2024.

"Jadi artinya bapak-ibu sekalian kontribusi manufaktur terhadap PDB sejak tahun 2022 selalu meningkat," kata Agus dalam Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/2/2025).

Data yang dikantonginya sekaligus membantah anggapan kalau Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi dini. 

"So much so, apa yang selalu disampaikan oleh beberapa pihak bahwa di Indonesia sedang terjadi deindustrialisasi dini, jadi semua data ini seharusnya mematahkan apa yang menjadi pandangan dari para pengamat, belum lagi kalau kita membuka buku dan teori-teori yang berkaitan dengan industri dan data-data yang tersedia," jelasnya.

Pada kesempatan itu, dia membeberkan kontribusi industri manufaktur ke PDB nasional. Pada kuartal III-2024, kontribusinua mencapai 17,18 persen, angka ini naik ke 19,13 persen pada kuartal IV-2024.

"Kontribusi manufaktur terhadap GDP dan pertumbuhan sektor manufaktur 2024 menurut pandangan kami cukup sehat, cukup healthy dengan angka 4,43 persen," ujar dia.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) rata-rata 20 persen dari pertumbuhan ekonomi nasional itu berasal dari sektor manufaktur. Berikutnya diikuti oleh sektor perdagangan.

"Kontribusi (industri) manufaktur terhadap PDB dari tahun ke tahun ini sejak tahun 2022 kontribusinya 18,34 persen, tahun 2023 kontribusinya 18,67 persen, sedangkan tahun 2024 lalu kontribusinya 18,98 persen," kata dia.

Deindustrialisasi Dini

Sedikit mundur ke 2023, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) menyebut industrialisasi menjadi kunci untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.

Namun, Amalia Adininggar Widyasanti yang saat itu menjabat Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, menyebut Indonesia justru mengalami deindustrialisasi dini.

"Saat ini kalau kita lihat, kita (Indonesia) mengalami deindustrialisasi dini. Karena share manufaktur Indonesia yang dulu sempat menyentuh angka 32 persen sekarang hanya 18,3 persen," kata Amalia dalam Seminar Beasiswa LPDP, di Jakarta, Kamis (27/7/2023).

Di sisi lain, Indonesia sudah 30 tahun terjebak di dalam negara berpendapatan menengah (Middle Income Trap). Maka untuk bisa menjadi negara maju, Indonesia harus bisa tumbuh perekonomiannya dikisaran 6-7 persen, dan supaya perekonomiannya tumbuh 6-7 persen maka industrialisasilah yang menjadi kunci.

"Sementara itu, pengalaman negara lain yang bisa naik kelas dari middle menjadi high income economi adalah industrialisasi yang sangat kuat dan sangat kokoh," ujarnya.

Menurut dia, Indonesia belum menjadi negara maju karena share manufaktur terhadap PDB sudah menurun, inilah yang disebut deindustrialisasi dini.

 

Belajar dari Korea Selatan

Lebih lanjut, kata Amalia Indonesia bisa belajar dari Korea Selatan. Korea Selatan menjadi negara maju karena mampu membangun industri yang maju.

Jika dulu Korea Selatan terkenal dengan fashion, industri tekstil, alas kaki, dan aksesoris. Namun, sekarang Korea Selatan terkenal dengan industri dan teknologinya, seperti LG, Hyundai, hingga Samsung.

"Siapa yang gak tahu Samsung, hp nya kebanyakan pakai Samsung, siapa yang tidak kenal LG TV elektronik adalah LG, dan siapa yang tidak kenal Hyundai dengan Hyundai EV nya," ujar Amalia.

Artinya, di situlah terjadi transformasi di dalam industrialisasinya Korea Selatan dan hal tersebut yang mendorong Korea menjadi negara maju, dan terus maju menjadi market leader di Asia dan dunia.

"Tadinya dia hanya jualan ekspor baju, ekspor aksesoris, dan sepatu. Tapi sekarang yang diekspor adalah barang-barang yang bernilai tambah tinggi yang penuh dengan teknologi dan inovasi," ujarnya.

Didorong Kreativitas

Selain itu, Korea Selatan juga unggul disektor budaya dan ekonomi kreatif. Kedua sektor tersebut didorong dengan keberhasilan Korean wave, dimana dengan kreativitas dan ketenaran Korea ini mampu membangun branding dari Korea Selatan itu sendiri.

"Siapa yang tidak kenal dengan K-POP dan K-drama. Dengan branding Korea Selatan yang semakin besar dan terkenal ini ternyata mendorong produk-produk Korea Selatan semakin dinikmati di pasar global," jelasnya.

Tak berhenti di situ saja, Korea Selatan juga terkenal dengan skincare, dan terkenal dengan operasi plastiknya yang juga menjadi salah satu pusat kecantikan di Asia. "Saya pikir ini menjadikan Korea Selatan medical tourism," pungkasnya.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya