Harga Minyak Naik karena Kekhawatiran Geopolitik

Isu kesepakatan nuklir Iran menjadi salah satu pendorong penguatan harga minyak.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Apr 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2018, 06:00 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) meskipun data menunjukkan terjadi peningkatan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS). Pendorong kenaikan harga minyak adalah adanya ketegangan geopolitik termasuk adanya rencana pemberian sanksi baru kepada Iran.

Mengutip Reuters, Kamis (26/4/2018), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga global ditutup 14 sen lebih tinggi ke level USD 74 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS berjangka berakhir 35 sen lebih tinggi ke level USD 68,05 per barel.

Isu kesepakatan nuklir Iran menjadi salah satu pendorong penguatan harga minyak. Sejauh ini belum adanya kesepakatan mengenai tindakan kepada Iran.

Sejak awal, Presiden AS Donald Trump telah menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kesepakatan tersebut. Ia bahkan mengancam akan membawa AS keluar dari konsesus itu. Sementara, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan pentingnya untuk tetap menjaga kesepakatan nuklir Iran.

Dalam kunjungannya ke Washington, Macron dikabarkan telah mengusulkan negosiasi sebuah kesepakatan baru yang tujuannya untuk membatasi kekuatan militer dan kegiatan skala regional Iran. Kelak, konsesus baru tersebut akan berdampingan dengan kesepakatan nuklir yang telah ada.

Pendorong lain kenaikan harga minyak adalah kekhawatiran akan produksi Venezuela. Perusahaan minyak AS Chevron Corp telah mengevakuasi eksekutif dari Venezuela setelah dua pekerjanya dipenjara karena perselisihan kontrak dengan perusahaan minyak milik negara PDVSA.

"Risiko geopolitik di pasar memiliki premi yang cukup tinggi sehingga mendorong harga minyak," kata Gene McGillian, analis energi Tradition Energy.

Pasokan Bertambah

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Laporan dari Baker Hughes yang menyatakan bahwa terdapat penambahan lima rig di tambang minyak Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. Padahal para analis memperkirakan adanya pengurangan stok minyak mentah di AS.

Total sumur pengeboran minyak yang beroperasi di AS mencapai 820 buah. Angka tersebut tertinggi sejak Maret 2015.

Lebih dari separuh total sumur pengeboran yang beroperasi ini berada di Permian, sebelah barat Texas dan timur New Mexico.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya