Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 1 2018 sebesar 5,06 persen atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di 2017 yang saat itu 5,01 persen.
Dari sisi pengeluaran, penyumbang pertumbuhan masih didominasi konsumsi rumah tangga dengan kontribusi 56,8 persen. Namun, dari data BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut belum menggembirakan.
Advertisement
Baca Juga
Pada kuartal 1 2018, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 4,95 persen atau hanya tumbuh 0,01 jika dibandingkan periode yang sama pada 2017 yang saat itu 4,94 persen.
"Uangnya pada akhirnya ditabung atau untuk investasi," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (7/5/2018).
Hal itu juga didukung dengan melambatnya pertumbuhan beberapa komponen konsumsi rumah tangga seperti makanan dan minuman serta komunikasi dan transportasi.
Konsumsi di makanan dan minuman menunjukkan perlambatan. Di mana pada kuartal 1 2018 sebesar 5,12 persen sedangkan pada kuartal 1 2017 sebesar 5,24 persen. Adapun sektor komunikasi dan transportasi melambat menjadi 4,92 persen dari tahun lalu 5,30 persen.
Namun demikian Suhariyanto memperkirakan konsumsi rumah tangga ini akan tumbuh tinggi pada kuartal II 2018. Yang menjadi penopang utama adalah masukkanya bulan Ramadhan.
"Kita tahu kalau Ramadan itu spendingnya akan lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan biasa, jadi ke depan akan lebih baik. Belum lagi ada event Asian Games dan Pilkada,"Â dia menegaskan.
BPS: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2018 Sebesar 5,06 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,06 persen di kuartal I-2018 (Year on Year). Capaian ini lebih tinggi dibanding kuartal I-2017 yang sebesar 5,01 persen.Â
"Dengan berbagai peristiwa di dalam maupun di luar negeri, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 sebesar 5,06 persen. Lebih bagus dibanding kuartal I-2017 sebesar 5,01 persen dan kuartal I-2016 sebesar 4,94 persen dan 4,83 persen di periode yang sama 2015," jelas Kepala BPS Suhariyanto saat Rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Kuartal I-2018 dikantornya, Senin (7/5/2018).
Dia menjelaskan, ada beberapa hal yang mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018 tersebut. Antara lain, harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional kuartal I ini mengalami peningkatan, Inflasi di kuartal I ini terkendali. Nilai ekspor belanja barang Indonesia pada kuartal I 2018 mencapai USD 44,26 miliar. Sementara nilai impor mencapai USD 43,98 miliar.
Baca Juga
"Kita berharap pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi ke depan karena ada momen yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi, yakni ada Lebaran, Pilkada, Asian Games, dan momen lainnya," papar Suhariyanto.Â
Sebelumnya, Ekonom dari Institute for Development of Economics andFinance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5 persen di kuartalI-2018. Proyeksi tersebut lebih rendah dibanding perkiraan BankIndonesia (BI) dan pemerintah, masing-masing sekitar 5,11 persen dan5,2 persen.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 diprediksi sebesar 5 persen ataustagnan dibanding kuartal I-2017," katanya di Jakarta, Senin(7/5/2018).
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun lalu sebesar 5,01 persen.
Perlambatan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, dijelaskan Bhima, karena dipengaruhi faktor konsumsi rumah tangga yang sedikit terkontraksi. Kondisi ini, sambungnya, tercermin dari data indeks penjualan riil yang melambat, khususnya pembelian durable goods atau barang tahan lama.
"Keyakinan konsumen juga rendah, penjualan kendaraan, khususnya penjualan mobil pada Januari-Maret ini tumbuh 2,8 persen (yoy) atau lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu," ujarnya.
Â
Â
Â
Advertisement