Liputan6.com, Jakarta - Dewan Energi Nasional (DEN) mengaku terus mengevaluasi pentingnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Anggota DEN Abadi Poernomo mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukan ke Jepang, biaya pembangunan PLTN dengan tingkat keamanan tinggi membutuhkan biaya yang sangat mahal.Â
Advertisement
Baca Juga
"Sekarang sudah pada stage 3 sampai 3,5 ini sangat mahal sekali. Kemarin saya sempat nengok ke Fukushima, Jepang dan di situ bagaimana membuat PLTNitu aman. Kalau dari diskusi saya dengan temen-temen di Jepang untuk yang terbaru ini sudah sampai USD 7 juta per MW," ungkapnya saat ditemui di acara 'Forum Weekly' di Auditorium Gedung Sindo, Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Selain mempertimbangkan aspek biaya, DEN juga mempertimbangkan sisi permintaan alias kebutuhan listrik dalam negeri.Â
"Jadi pembangkit nuklir itu kalau sekali dibangun kan bisa 1.000-2.000 mw. Besar-besar. Nah kebutuhan kita apakah sama demikian. Kemudian bagaimana itu affordable, dipertimbangkan bagaimana harga listriknya," jelas dia.
Â
Â
Reporter :Â Wilfridus Setu Embu
Sumber : Merdeka.com
Â
Rencana Masih Berlanjut
Meski demikian, Abadi menegaskan, tidak berarti rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir tidak dilanjutkan. Pihaknya terus menyusun roadmap pembangunan PLTN.
"Kita sedang menyiapkan roadmap-nya dengan segala macam pertimbangan sebetulnya, kapan kita seyogyanya memasang energi nuklir," kata dia.
"Kita membuat suatu perencanaan yang bagus, karena membangun nuklir itu tidak 1-2 tahun. Membangun nuklir itu mungkin 7-10 tahun, bahkan kita lihat di India bisa sampai 16 tahun. Karena itu dibuat perencanaan dari awal dan saat ini, kemudian juga ekonominya yang perlu dipertimbangkan," tandasnya.
Advertisement