Perang Dagang Bikin Para Menteri Gelar Rapat Dadakan di Hari Minggu

Rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution ini akan membahas langkah strategi dan kebijakan dalam menghadapi dampak perang dagang.

oleh Merdeka.com diperbarui 08 Jul 2018, 16:52 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2018, 16:52 WIB
Momen Para Menteri Menunggu Rakor
Menko Perekonomian Darmin Nasution berbincang saat mengunggu Rakor Tingkat Menteri di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (6/11). Rakor tersebut membahas tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Rastra dan BPNT tahun 2017. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah Menteri Kabinet Kerja menggelar rapat dadakan pada hari Minggu ini. Mereka berkumpul di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sejak pukul 15.00 WIB.

Rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution ini akan membahas langkah strategi dan kebijakan dalam menghadapi dampak perang dagang (trade war) dan kenaikan tingkat bunga Amerika Serikat (AS).

Menteri-Menteri mulai berdatangan sejak pukul 14.54 WIB. Beberapa yang sudah hadir diantaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Menteri Kelautan dan Perikanan berhalangan hadir dan diwakilkan.

Enggartiasto yang tiba di lokasi dan sempat berbincang dengan wartawan menolak isu perang dagang disebut mendesak dan darurat hingga membuat para menteri harus rapat di hari Minggu. "Enggak (tidak mendesak) kan tujuh hari kerja," kata dia, Minggu (8/7/2018).

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif bea masuk 124 produk asal Indonesia. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara Generalized Sisytem of Preference (GPS) dari pemerintah AS, yaitu negara yang mendapat fasilitas keringanan bea masuk dari negara maju untuk produk-produk ekspor negara berkembang dan miskin.

Enggartiasto mengatakan Amerika melakukan ancaman tersebut karena ada defisit dalam hubungan perdagangan AS-Indonesia. Padahal, lanjutnya, ada kesalahan penghitungan dari pihak Amerika.

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Enggartiasto mengaku telah mengirim surat kepada pihak AS.

 Ia mengaku telah melakukan pendekatan dengan pemerintah AS. Bahkan duta besar Indonesia untuk AS pun turun tangan melakukan pendekatan.

"Dubes kita di Amerika juga menyampaikan pendekatan, dan saya sendiri melakukan komunikasi dengan Amerika untuk meyakinkan, sebab pada dasarnya kita tidak setuju dengan perang dagang, semua pihak akan dirugikan, kita lebih senang dengan kolaborasi," ujarnya.

Kendati demikian, jika Amerika Serikat tetap menekan bea masuk dari Indonesia, Enggartiasto menyatakan siap melawannya.

"Tetapi kalau kita dapat tekanan, maka hal itu bisa kita lakukan. Sama halnya dengan Amerika dan China, tapi itu akan berdampak di seluruh dunia." tutur dia. 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Langkah Menperin

Menperin Airlangga Hartarto bertemu dengan Prof Dr Ing Holger Kohl dari Berlin University
Menperin Airlangga Hartarto bertemu dengan Prof Dr Ing Holger Kohl dari Berlin University

Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif bea masuk kepada 124 produk asal Indonesia. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara Generalized Sisytem of Preference (GPS) dari pemerintah AS.

Negara GPS adalah negara yang mendapat fasilitas keringanan bea masuk dari negara maju untuk produk-produk ekspor negara berkembang dan miskin.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menanggapi dingin masalah pengenaan tarif bea masuk ini. Menurutnya, Amerika Serikat melakukan rencana tersebut karena melihat neraca perdagangan Indonesia yang surplus dalam beberapa waktu belakangan.

"Ya tidak apa-apa. Soalnya kita sudah menang lawan (surplus) Amerika jadi dia review kita," ujar Menteri Airlangga pada 7 Juli 2018.

Adapun alasan pengenaan tarif bea masuk terhadap 124 produk tersebut karena Amerika ingin memperbaiki defisit perdagangan terhadap Indonesia. Produk yang selama ini paling banyak diekspor ke Amerika Serikat adalah frozen food (makanan beku) dan kertas.

"(124 di-review) sama seperti Indonesia, mereka juga ingin mengurangi trade difisit. Ya produk kita ke sana seperti frozen food dan sebagainya, kertas juga kena juga," jelasnya.

Menteri Airlangga menambahkan pemerintah akan mencari upaya lain untuk mengantisipasi dampak kebijakan perang dagang Amerika Serikat terhadap Indonesia. Mengingat Amerika Serikat memiliki banyak kepentingan ekonomi di Indonesia.

"Tentu kita cari prodak baru dan tentu dalam tanda petik kita akan cari langkah berikutnya. Kita harus antisipasi. Nah kan banyak sebetulnya kepentingan ekonomi Amerika Serikat di Indonesia," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya