Trump Resmi Mulai Perang Dagang dengan China

Beberapa mata uang yang langsung terkena dampak adalah yuan China, rupee India, ringgit Malaysia, baht Thailand, won Korea, dan dolar Singapura.

oleh Merdeka.com diperbarui 06 Jul 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2018, 14:30 WIB
Donald Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyambut antusias penunjukkan negaranya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama dengan Kanada dan Meksiko. (AFP/Nicholas Kamm)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi melempar serangan pertama dalam perang dagang dengan memberlakukan tarif pada impor China. Tarif AS pada impor China senilai USD 34 miliar telah berlaku Jumat ini.

Bahkan, Trump telah mengancam akan mengenakan tarif tambahan menjadi USD 500 miliar jika China melakukan perlawanan berupa pemberlakuan tarif balasan.

Analis FXTM Jameel Ahmad mengatakan, kebijakan itu membuat mata uang beberapa negara berkembang langsung tumbang.

"Ada beberapa penghindaran risiko di atmosfer setelah pengumuman dari Presiden Trump, di mana mata uang negara berkembang dan pasar saham tampak berjuang sebagai akibat dari lingkungan perdagangan yang berhati-hati," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/7/2018).

Beberapa mata uang yang langsung terkena dampak adalah yuan China, rupee India, ringgit Malaysia, baht Thailand, won Korea, dan dolar Singapura. Mata uang-mata uang tersebut semuanya diperdagangkan lebih rendah pada hari ini.

Tidak hanya itu, pasar perdagangan saham Asia pun akan terkena imbasnya.

"Antisipasi tentang apakah Beijing (China) akan bereaksi, atau membalas dengan tarif dari Presiden Trump dapat mempertahankan bias hati-hati dari investor," ujarnya.

Berdampak Negatif ke Saham

Kue Ulang Tahun untuk Donald Trump Sebelum Bertemu Kim Jong-un
Presiden AS Donald Trump meniup lilin ulang tahun saat makan siang dengan PM Singapura Lee Hsien Loong di Singapura, Senin (11/6). Kejutan ini datang dari Menlu Singapura Vivian Balakrishnan. (Ministry of Communications and Information Singapore via AP)

Dia menjelaskan, jika pasar saham Asia terus memperdagangkan secara hati-hati di belakang tarif perdagangan AS di China, ada kemungkinan bahwa ini juga dapat berdampak negatif terhadap pasar saham Eropa ketika mereka membuka perdagangan mereka.

Tekanan perdagangan ini diprediksi dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.

"Masih ada ketidakpastian besar tentang bagaimana ancaman perang perdagangan akan benar-benar berdampak pada ekonomi global."

Hal ini sebagian besar masih bersifat spekulatif (perkiraan) dan harus dipantau setidaknya beberapa bulan sebelum dapat diketahui secara akurat seperti apa dampak yang ditimbulkan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dia melanjutkan, untuk saat ini isu perang dagang akan terus memicu sentimen pasar dan menimbulkan kehati-hatian.

"Kemungkinan akan mengarah pada perpanjangan dari suasana hati-hati yang melanda pasar keuangan selama beberapa minggu terakhir. Penghindaran risiko juga akan mendorong pengurangan lain dalam selera risiko, di mana aset pasar berkembang secara keseluruhan kemungkinan akan berjuang untuk menemukan dukungan pembelian."

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya