Liputan6.com, New York - Harga emas melemah didorong sentimen Amerika Serikat (AS) akan kenakan tarif baru impor barang China senilai USD 200 miliar.Â
Selain itu, dolar AS menguat juga menekan harga emas. Pemerintahan AS di bawah kepemimpinanDonald Trump merinci daftar produk China yang dapat kena tarif 10 persen. Rencana tersebutjuga akan meminta tanggapan publik selama dua bulan sebelum pungutan dikenakan.
Sentimen tersebut mendorong dolar AS ke level tertinggi dalam 11 bulan terhadap yuan dan memukul dolar Australia. Akan tetapi, euro cenderung tidak bergerak. Dolar AS yang menguatmembuat emas lebih mahal untuk investor non-AS.
Advertisement
Baca Juga
"Emas merasakan tekanan dan dolar AS lebih kencang menguat," ujar Direktur High Ridge Futures, David Meger, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (12/7/2018).
Harga emas di pasar spot naik 0,9 persen berada di posisi USD 1.243,57 per ounce sebelum turun dari level terendah dalam delapan hari di kisaran USD 1.242,55.
Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus turun USD 11 atau 0,9 persen ke posisi USD 1.244,40 per ounce.
"Opsi emas akan terus semakin tinggi berarti diposisikan harga naik.Ini artinyaposisi investor terhadap harga akan terus naik," ujar Analis ING Oliver Nugent.
Â
Selanjutnya
Namun sentimen tarif impor baru terhadap barang China yang akan dikenakan AS pengaruhiharga emas. Emas di pasar spot dapat tembus di level support USD 1.247 per ouncedan jatuh ke arah support berikutnya di USD 1.237 karena sudah bangkit dari levelterendah pada 3 Juli 2018 yaitu di posisi USD 1.237,32.
"Karena risiko perdagangan meningkat, investor berlindung. Sebagai hedge fund saya selalu memiliki emas dan ini menjadi lebih menantang karena dolar AS,"kata Kepala Perdagangan APAC, Stephen Innes.
Harga logam lainnya juga tertekan. Harga perak turun 1,4 persen ke posisi USD 15,82 per ounce.Harga platinum susut 1,4 persen ke posisi USD 830,60. Harga palladium turun 0,2 persenke posisii USD 939,50 per ounce.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement