3 Faktor yang Membuat Inflasi Terkendali

Kondisi ekonomi Indonesia yang masih beroperasi di bawah kapasitas nasional menjadi salah satu alasan inflasi terkendali.

oleh Merdeka.com diperbarui 03 Agu 2018, 16:47 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2018, 16:47 WIB
Rapat Dewan Gubernur BI Memutuskan Kenaikan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat jumpa pers di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/06). Pada Rapat Dewan Gubernur BI suku bunga Deposit Facility (DF) juga naik 50 bps menjadi 4,50%, (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender tercatat 2,18 persen dan secara year on year sebesar 3,18 persen. Secara umum, inflasi ini masih sesuai dengan target pemerintah.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjoyo, mengungkapkan beberapa faktor pendorong inflasi rendah dan terkendali.

"Ada tiga hal. Satu, ekspektasi inflasi terjangkar dengan baik, kalau kita bicara ekspektasi inflasi itu, para pelaku ekonomi juga ekonom di pasar juga terjaga," kata Perry, di Mesjid Kompleks BI, Jakarta, Jumat (3/8/2018).

Faktor kedua adalah kondisi ekonomi Indonesia yang masih beroperasi di bawah kapasitas nasional. Seperti diketahui, pertumbuhan triwulan satu adalah 5,06 persen.

"Mudah-mudahan triwulan II sebesar 5,15 persen, masih di bawah kapasitas output nasional. Jadi tekanan inflasi dari permintaan masih rendah," ujarnya.

Fakfor ketiga adalah nilai tukar rupiah atau exchange rate pass through.

"Kami tidak melihat terbukti pass through nilai tukar yang besar, jadi itu juga sudah terlihat dalam beberapa tahun terakhir pass through dari nilai tukar terhadap nilai tukar itu rendah," kata dia.

"Kami juga tidak melihat adanya suatu dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap inflasi. Kami tidak lihat ada dampak itu," pungkas Perry.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BPS: Inflasi Juli 2018 Sebesar 0,28 Persen

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Juni sebesar 0,59 persen. Akan tetapi, inflasi Juli 2018 tersebut lebih tinggi dari Juli 2017 sebesar 0,22 persen.

Sementara itu, inflasi tahunan sebesar 3,18 persen dan inflasi inti tahun kalender 2,18 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menuturkan, berbagai harga komoditas alami kenaikan pada Juli 2018. Itu berdasarkan hasil pemantauan BPS di 82 kota.

"Inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Angka ini berarti inflasi tahun kalender 2,18 persen dan inflasi tahun ke tahun 3,18 persen. Kesimpulannya, inflasi terkendali," ujar Suhariyanto, Rabu (1/8/2018). 

Dari hasil pantauan di 82 kota, BPS mencatat 68 kota alami inflasi, sedangkan 14 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong dengan angka 1,47 persen. Adapun inflasi terendah di Depok, Banyuwangi, dan Surabaya.

Tingkat inflasi di tiga daerah itu sekitar 0,03 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi di Ambon mencapai -1,45 persen dan deflasi terendah di Palembang sebesar -0,01 persen.

"Inflasi ini lebih rendah Juni 2018, ini hal biasa puncak konsumsi kita di Ramadan dan Lebaran jadi sudah usai harga kembali normal sehingga inflasi ini lebih kecil dari sebelumnya. Tapi lebih tinggi Juli 2017 saat itu 0,22 persen," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya