Ini Penyebab Inflasi 0,28 Persen di Juli 2018

Inflasi pada Juli 2018 disumbang oleh kenaikan harga telor ayam ras, daging ayam ras dan bensin.

oleh Merdeka.com diperbarui 01 Agu 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2018, 13:00 WIB
Peternak di Depok Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam
Pekerja mengumpulkan telur dari peternakan ayam di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,18 persen dan secara year on year tercatat sebesar 3,18 persen. Secara umum, inflasi ini masih sesuai dengan target pemerintah.

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto mengatakan inflasi pada Juli 2018 disumbang oleh kenaikan harga telor ayam ras, daging ayam ras dan bensin. Di mana ketiga komponen tersebut menyumbang inflasi masing-masing 0,08 persen, 0,07 persen dan 0,06 persen.

"Inflasi pada bulan Juli 2018 terjadi karena utamanya disebabkan oleh tiga poin. Pertama, kenaikan harga telor ayam ras, kedua harga daging ayam ras, ketiga kenaikan harga bensin," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Suhariyanto merinci, kenaikan telor ayam ras terjadi di 72 kota IHK. Kenaikan terbesar terjadi di Banjarmasin yang mencapai 21 persen. "Jadi kenaikan telor ayam ras memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen. Kenaikan terjadi di 72 kota IHK dan di beberapa kota seperti Banjarmasin kenaikannya mencapai 21 persen," jelasnya.

Komoditas yang kedua yang memberi andil lumayan besar pada inflasi adalah daging ayam ras. Di mana andil inflasi daging ayam ras ini sebesar 0,07 persen. Selain ayam, kenaikan juga terjadi pada beberapa komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai cawit sekitar 0,03 persen.

Sementara itu, untuk transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebenarnya mengalami deflasi yang memberi andil 0,13 persen. Namun ada beberapa catatan pada kenaikan bensin dan pulsa data internet.

"Tetapi ada yang menjadi catatan yang menyebabkan penurunan. Pertama, kenaikan harga bensin, kita tahu ada kenaikan harga untuk pertamax untuk 1 Juli. Kenaikan harga bensin menyumbang inflasi 0,06 persen. Satu lagi kenaikan pulsa ponsel terutama mengenai paket internet menyumbang 0,04 persen," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Inflasi Juli 2018 Sebesar 0,28 Persen

Harga Telur Ayam Mulai Merangkak Turun di Pasar Minggu
Penjual merapikan telur dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (24/7). Harga telur ayam mengalami penurunan di angka Rp 26 ribu per kilo. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Juni sebesar 0,59 persen. Akan tetapi, inflasi Juli 2018 tersebut lebih tinggi dari Juli 2017 sebesar 0,22 persen.

Sementara itu, inflasi tahunan sebesar 3,18 persen dan inflasi inti tahun kalender 2,18 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menuturkan, berbagai harga komoditas alami kenaikan pada Juli 2018. Itu berdasarkan hasil pemantauan BPS di 82 kota.

"Inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Angka ini berarti inflasi tahun kalender 2,18 persen dan inflasi tahun ke tahun 3,18 persen. Kesimpulannya, inflasi terkendali," ujar Suhariyanto, Rabu (1/8/2018). 

Dari hasil pantauan di 82 kota, BPS mencatat 68 kota alami inflasi, sedangkan 14 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong dengan angka 1,47 persen. Adapun inflasi terendah di Depok, Banyuwangi, dan Surabaya.

Tingkat inflasi di tiga daerah itu sekitar 0,03 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi di Ambon mencapai -1,45 persen dan deflasi terendah di Palembang sebesar -0,01 persen.

"Inflasi ini lebih rendah Juni 2018, ini hal biasa puncak konsumsi kita di Ramadan dan Lebaran jadi sudah usai harga kembali normal sehingga inflasi ini lebih kecil dari sebelumnya. Tapi lebih tinggi Juli 2017 saat itu 0,22 persen," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya