Dengan Teknologi Ini Pertamina Diyakini Mampu Kelola Blok Rokan

Teknologi sama sekali bukan hambatan bagi Pertamina dalam mengelola Blok Rokan.

oleh Nurmayanti diperbarui 04 Agu 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2018, 15:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah mempercayakan pengelolaan Blok Rokan di Riau kepada PT Pertamina (persero). BUMN ini pun dinilai sanggup mengelolanya dengan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) di blok tersebut.

Apalagi, Pertamina disebut memang telah berpengalaman mempergunakan teknologi tersebut di beberapa lapangan minyak. “Karena sudah terbiasa menerapkan EOR, maka dari sisi teknologi saya yakin Pertamina mampu,” kata Ahli Geologi Rovicky Dwi Hariputro di Jakarta, Sabtu (4/8/2018).

Namun dia mengingatkan, agar Pertamina tetap harus menyesuaikan penerapan teknologi dengan kondisi Blok Rokan. Sebab, kondisi satu lapangan dengan yang lain memiliki perbedaan, baik dari sisi geologi maupun jenis minyak.

Meski demikian, dia menegaskan, teknologi sama sekali bukan hambatan bagi Pertamina dalam mengelola Blok Rokan. Apalagi, karena seluruh peralatan dan teknologi telah terpasang di lapangan. Ini artinya, Pertamina tinggal menjalankan teknologi tersebut.

“Dengan demikian, yang lebih harus diperhatikan adalah manajerial Pertamina dalam menerapkan teknologi itu. Melalui manajeraial itu, Pertamina harus bisa mengaplikasikan teknologi tersebut terhadap sistem administrasi atau sistem pengambilan keputusan. Tetapi dari sisi kemampuan menerapkan teknologi, sama sekali tidak masalah bagi Pertamina,” lanjut dia.

Teknologi EOR, menurut Rovicky, memang sangat diperlukan untuk mengoptimalkan produksi di Blok Rokan, termasuk untuk dua lapangan besar yaitu Minas dan Duri. Dengan menerapkan teknologi EOR, Pertamina bisa meningkatkan jumlah minyak yang diambil.

Pertamina sendiri, sudah sangat berpengalaman menerapkan teknologi EOR, baik melalui metode steamflooding maupun waterflooding.

Untuk metode steamflooding, antara lain dilakukan Pertamina di sumur eksplorasi Kumis-2 di Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Pertamina mulai mengelola lapangan tersebut pada 2014, setelah sebelumnya dikelola Chevron.

Sementara untuk metode warterflooding, BUMN tersebut menerapkan melalui PT Pertamina EP . Salah satu lapangan yang menerapkan metode ini adalah Pangkalan Susu Field, tepatnya di Struktur Gebang. 

Ambil Alih Blok Rokan, Keuangan Pertamina Dipastikan Tetap Sehat

ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

PT Pertamina (Persero) secara resmi mendapat penugasan dari pemerintah untuk mengambil alih blok minyak dan gas Rokan di Riau dari genggaman PT Chevron Pacific Indonesia.

Proposal yang diajukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor migas tersebut mengungguli proposal yang diajukan Chevron Pacific Indonesia. Pertamina akan menjadi operator Blok Rokan dari 2021 sampai 2041.

Untuk memgelola blok minyak yang memiliki potensi produksi hingga 1,5 miliar barel per tahun ini, Pertamina menyatakan membutuhkan biaya USD 72 miliar. Dengan dana itu, bagaimana kondisi keuangan Pertamina?

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno memastikan kondisi keuangan Pertamina tetap sehat.

"Ya kan itu nanti masih lama, masih tahun 2021 dan nggak sekaligus ya. Jadi ya tidak ada masalah (kondisi keuangan Pertamina)," kata Harry di Kementerian BUMN, Kamis (2/8/2018).

Untuk diketahui, saat ini Blok Rokan dikelola Chevron Pacific Indonesia. Kontrak perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut habis pada 2021 nanti. Chevron telah mengeruk minyak dari Blok Rokan sejak 1971 atau sekitar 47 tahun.

Blok Rokan merupakan ‎produsen minyak terbesar di Indonesia dengan cadangan 500 juta sampai 1,5 miliar barel setara minyak.

Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) produksi minyak siap jual Rokan selama semester I 2018 sebesar 771 ribu barel per hari, porsi produksi Rokan mencapai mencapai 207.148 barel.

Sebelumnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan, pemerintah memilih Pertamina bukan berdasarkan emosi. Namun, Pertamina dalam proposalnya menjanjikan beberapa hal yang menguntungkan negara. Dengan mekanisme bagi hasil migas gross split, negara akan mendapat porsi 48 persen.

"Sebanyak 48 persen ke pemerintah, split variabel banyak sekali lapangannya setiap lapangan beda-beda. Ada 104 lapangan," tutur dia.

Arcandra melanjutkan, setelah memenangi Blok Rokan, ‎negara juga mendapatkan bonus tanda tangan USD 784 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun.

Sementara potensi pendapatan negara dari kegiatan produksi selama 20 tahun sejak 2021 sebesar USD 57 miliar atau Rp 825 triliun dan komitmen kerja pasti USD 500 juta atau Rp 7,2 triliun. (Yas)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya