RI Perlu Dongkrak Investasi dan Belanja Pemerintah

BPS menyatakan Indonesia perlu mewaspadai impr. Hal itu mengingat kenaikan impor tinggi pada Januari-Juni 2018.

oleh Merdeka.com diperbarui 06 Agu 2018, 16:47 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2018, 16:47 WIB
Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 mencapai 5,06%.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini turut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi semester I 2018 sebesar 5,17 persen.

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto mengatakan, pencapaian pertumbuhan ini cukup bagus mengingat pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2018. 

Namun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal selanjutnya dapat ditingkatkan. Pertama, belanja pemerintah harus digalakkan sehingga tidak menumpuk di kuartal IV. 

"Kita semua pasti berharap angka 5,27 persen itu tercapai di triwulan selanjutnya. Tentunya untuk menjaga ke sana seperti saya sampaikan inflasi terkendali sehingga konsumsi rumah tangga masih bagus," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin (6/8/2018).

"Realisasi pencairan atau serapan dari konsumsi belanja pemerintah harus terus digalakkan, jangan numpuk di triwulan keempat. Tapi, perlu menyebar rata dari triwulan satu hingga triwulan keempat," tambah dia.

Selain belanja, sektor lain yang harus digenjot oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu meningkatkan investasi. Sebab, pada kuartal II 2018, investasi hanya mencapai 5,87 persen secara year on year (yoy).

"Untuk menggerakkan investasi kita harus memberi kepercayaan kepada investor bahwa ekonomi kita tumbuh bagus, situasi politik juga stabil dan tentunya kita tetap menjaga kesatuan supaya tidak ada isu-isu miring,” ujar dia.

"Kemarin OSS (online single submission) merupakan terobosan supaya investor bisa mendapatkan izin lebih mudah. Itu tujuan ke sana," tambah Kecuk. 

Sementara itu, faktor yang perlu diwaspadai ke depan ialah ketergantungan Indonesia terhadap impor. Nilai impor Indonesia secara kumulatif periode Januari-Juni 2018 mencapai USD 89,04 miliar atau naik 23,10 persen dari Januari-Juni 2017. 

"Kita lihat lagi iramanya, karena salah satu kendala kita waspadai adalah kenaikan impor yang lebih tinggi. Di manapun kalau impornya lebih tinggi jadi faktor pengurang dan agak mengerek ke bawah dan itu perlu menjadi perhatian," ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Ekonomi RI Tumbuh 5,27 Persen pada Kuartal II 2018

Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Suasana pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu hanya 5,01 persen.

"Pertumbuhan ini cukup bagus. Dan pendorong utamanya karena di triwulan II ini ada momen Ramadan dan Lebaran," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin 6 Agustus 2018.

Dia menjelaskan selain lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini juga lebih tinggi dibandigkan pertmbuhan ekonomi triwulan I 2018 yang saat itu 5,06 persen.

"Memang ini cukup bagus, namun kalau di 2018 ditargetkan sebesar 5,4 persen, ini masih belum capai target," tambah dia.

Realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 ini di atas perkiraan ekonom. Pengamat Ekonomi ‎Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 diprediksi berada pada kisaran 5,15 persen.

Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal II adalah pencairan tunjangan hari raya (THR) dan libur panjang Lebaran. Hal ini menjadi stimulus bagi konsumsi rumah tangga.

"Konsumsi rumah tangga memang terbantu besarnya kenaikan THR dan libur panjang. Serapan belanja pemerintah, khususnya belanja pegawai, juga menstimulus ekonomi nasional. Meskipun tantangannya kelas menengah masih menahan belanja untuk antisipasi kenaikan harga BBM nonsubsidi dan pangan di semester II," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya