Liputan6.com, Jakarta - Harga telur sudah kembali di kisaran harga normal, yakni Rp 23 ribu per kilogram (kg). Jelang Idul Adha 1439 Hijriah, harga telur juga masih stabil.
"Telur sekilo Rp 23 ribu. Ini sudah tiga minggu," ucap Ciko (28) pada Liputan6.com, Senin (20/8/2018), di Pasar Palmerah, Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Harga tersebut sudah turun jauh dibandingkan pertengahan Juli lalu. Pada saat itu, telur di Pasar Palmerah menyentuh Rp 30 ribu per kg.
Lebih lanjut, Ciko menjelaskan harga telur ayam kampung seharga Rp 2.400 per butir, naik Rp 200 dari dua minggu lalu. Sementara, telur bebek Rp 2.500 per butir, dan telur puyuh stabil di kisaran Rp 33 ribu.
Pedagang lain, Ridho (26) menjual harga telur di kisaran yang sama, yakni Rp 23 ribu per kilo dan Rp 2.400 per butir untuk ayam kampung.
Pembeli yang datang pun mengaku lega karena harga-harga sudah kembali ke kisaran normal. Pasalnya, Rp 25 ribu untuk telur pun sudah terbilang mahal, seperti yang sempat terjadi.
Penurunan harga ini menandakan tercapainya target Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menurunkan harga. Sebelumnya, pihak Kementan telah menyebar telur-telur murah di sekitar Jabodetabek untuk menurunkan harga.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
YLKI: Kenaikan Harga Telur dan Ayam Tidak Normal
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah telah gagal mengendalikan harga telur dan ayam yang kini terus melambung di atas harga normal. Oleh karena itu, YLKI menyarankan pemerintah melacak keterjangkauan kedua komoditas itu di tengah masyarakat.
Sekretaris YLKI Agus Suyatno mengaku khawatir dengan harga telur dan ayam yang terlampau tinggi. Sebab, menurut dia, keduanya merupakan sumber gizi utama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.
"Kenaikan harga ini jadi kegagalan pemerintah dalam mengontrol ketersediaan pangan. Masyarakat khawatir, sebab telur dan daging ayam selama ini jadi sumber gizi masyarakat menengah ke bawah," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin 30 Juli 2018.
Dia berpendapat, kasus ini harus segera dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pemerintah. Jika hal ini terus dibiarkan, ia mengaku takut dampaknya akan melebar ke berbagai produk olahan lain.
"Telur dan ayam ini kan tidak hanya untuk konsumsi, tapi juga jadi bahan dasar produk olahan lain. Kenaikan harga ini otomatis bakal mempengaruhi produk-produk dan kegiatan usaha lain, seperti pembuatan kue," urainya.
Selain itu, ia menyebutkan, lonjakan harga telur dan ayam juga turut memberi kontribusi terhadap angka inflasi negara yang sebesar 0,25 persen. Ia menyebut, itu sudah di luar ambang batas normal lantaran peninggian harga terjadi di luar event-event tertentu, seperti hari raya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement