Gempa Lombok Tak Ganggu Sektor Pariwisata Bali

Gempa di Lombok dinilai tak begitu berpengaruh terhadap performa hotel di Bali.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Okt 2018, 21:35 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 21:35 WIB
Objek wisata Amed di Karangasem Bali
Anak-anak bermain pasir di kawasan wisata Pantai Amed, Bali, Selasa (5/12). Erupsi Gunung Agung membuat sektor pariwisata di Pulau Dewata, terutama wilayah Amed sepi dari wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa Lombok dinilai tak begitu berpengaruh terhadap performa hotel di Bali. Pernyataan ini disampaikan oleh Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto di Jakarta, Rabu (3/10/2018).

Ferry mengatakan, dampak gempa di Lombok lebih bersifat insidental. Artinya, pengaruh hanya terasa pada saat bencana alam itu terjadi. "Tapi kalau kita lihat dari performance setelah itu, justru tidak ada terlalu banyak perubahan,” ujar dia.

Dia menuturkan, erupsi Gunung Agung pada Desember 2017 lalu lebih berpengaruh terhadap tingkat pariwisata Bali. Keputusan pemerintah untuk menutup Bandara Ngurah Rai Bali memiliki dampak cukup besar terhadap pasar pariwisata Bali.

Ferry menjelaskan, pasar domestik sebenarnya menjadi penggerak utama pertumbuhan pariwisata Bali. Ia mencontohkan, peristiwa bom Bali I dan II pada 2002 dan 2005 yang sangat berdampak pada pasar internasional selama beberapa periode.

"Tapi di satu sisi, pasar lokal itu justru yang men-support ini. Dan ini pasar yang stay, ada terus. Sampai saat ini juga pasar lokal menjadi motor pariwsata di Bali," tambah dia.

 

Kegiatan Internasional Dorong Sektor Pariwisata

Objek wisata Amed di Karangasem Bali
Suasana kawasan wisata Pantai Amed di Bali, Selasa (5/12). Erupsi Gunung Agung membuat sektor pariwisata di Pulau Dewata, terutama wilayah Amed sepi dari wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Kegiatan Internasional Dorong Sektor Pariwisata

Ada kegiatan-kegiatan internasional di Bali pada kuartal IV diharapkan menjadi pendorong sektor hotel di Bali. Kegiatan tersebut antara lain pertemuan IMF-World Bank pada 7-14 Oktober dan FIABCI December Meeting & Global Business Summit 2018 pada 5-9 Desember mendatang.

Ferry memaparkan, tingkat okupansi di Bali pada 2018 secara umum sudah lebih tinggi jika dibandingkan performa tahun 2014 - 2017.

"Dari sisi kinerja hotel, ADR (average daily rate) masih rendah karena prioritas dari hotelier bagaimana menjaga tingkat hunian tetap tinggi dan pada saat yang sama fleksibel terhadap rate dari hotel," kata dia.

Associate Director Investment Service Colliers International Indonesia, Aldi Garibaldi, menilai pertumbuhan hotel sampai akhir tahun ini bisa di atas 85 persen. Ditambah lagi, ada beberapa delegasi yang mengubah hotel menjadi kantor. Sementara dari segmentasi hotel yang akan masuk bisa diperkirakan lebih banyak ke bintang 4 dan 5. (Felicia Margaretha)

 

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya