Kemenhub Dorong Pengembangan Industri Komponen Pesawat

Saat ini armada pesawat udara yang beroperasi di Indonesia hingga komponennya sebagaian besar didatangkan dari negara lain.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 17 Okt 2018, 11:45 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2018, 11:45 WIB
20151106-Hanggar 4 GMF Kurang Teknisi, Pembenahan Pesawat Terhambat
Teknisi tengah melakukan perbaikan pesawat di Hanggar 4 GMF, Tangerang, Jumat (6/11/2015). Untuk mendukung operasional hanggar tersebut dibutuhkan setidaknya ratusan teknisi hingga akhir tahun.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan mendorong kemajuan industri produk dan komponen pesawat terbang di Indonesia. Hal ini demi mewujudkan kemandirian industri kedirgantaraan Indonesia yang dipelopori PT Dirgantara Indonesia (Persero).

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Capt. Avirianto mengatakan, jumlah operasional penerbangan baik dari segi penumpang dan barang, maupun jumlah armada pesawat dan bandara di Indonesia yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan industri produk dan komponen pesawat udara di Indonesia.

"Saat ini, Indonesia punya PT Dirgantara Indonesia sebagai industri pesawat terbang, tapi kita belum punya industri mesin pesawat guna mendukung ketersediaan mesin maupun komponen-komponen pesawat udara," jelas dia kepada wartawan, Rabu (17/10/2018).

Avirianto mengatakan bahwa saat ini armada pesawat udara yang beroperasi di Indonesia hingga komponennya sebagaian besar didatangkan dari negara lain yang memiliki industri manufaktur pesawat udara yang lebih memadai.

Untuk itu Avi mengajak pihak terkait untuk ikut mengembangkan industri produk dan komponen pesawat udara.

"Saat ini untuk melayani rute-rute reguler, extra maupun charter flight, maskapai nasional kita banyak yang mengimpor pesawat dari luar, hal yang memang disayangkan, namun tidak bisa dielakkan dengan kurang tersedianya industri manufaktur di Indonesia," katanya.

"Saya mengajak seluruh stakeholder penerbangan untuk berkontribusi dalam menumbuhkembangkan industri manufaktur baik pembuatan pesawat hingga pembuatan pembuatan komponen pesawat udara sehingga dapat mengimbangi pertumbuhan penerbangan dan meminimalisir impor dari luar," pungkas Avi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

RI Genjot Ekspor Komponen Pesawat ke Berbagai Negara

Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)

Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan daya saing industri nasional agar mampu menghasilkan produk yang berkualitas sehingga kompetitif di pasar domestik maupun global.

Selain itu, juga memberikan dukungan untuk memperluas akses ekspor, salah satunya memfasilitasi keikutsertaan pada pameran tingkat internasional. 

“Salah satu upaya tersebut adalah dengan berpartisipasi di perhelatan akbar industri dirgantara dunia, yakni Farnborough International Airshow (FIA) 2018 di Farnborough, Inggris yang akan dilaksanakan tanggal 16-22 Juli 2018," kata Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (18/7).

Menurut Putu, keterlibatan di dalam ajang FIA 2018 merupakan bagian dari desain besar dukungan pemerintah kepada industri nasional untuk mengakses rantai suplai global industri komponen pesawat terbang. Diharapkan pula dalam jangka panjang, industri nasional dapat terhubung dengan komunitas global industri aeronautika dan menjadi subkontraktor pengerjaan komponen pesawat terbang dunia.

"Industri komponen pesawat terbang merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan melalui pemanfaatan rantai suplai global," jelasnya.

Hal ini didasari dengan semakin berkembangnya kemampuan industri komponen pesawat terbang nasional sebagai jawaban atas pesatnya pertumbuhan pasar industri pesawat terbang dunia.

Berdasarkan data Trademap, Indonesia telah mengekspor komponen pesawat terbang sebesar USD 83 juta pada tahun 2017, dimana potensi pasar dunia mencapai USD 88 miliar.

"Langkah peningkatan nilai ekspor nasional menjadi salah satu kebijakan pemerintah saat ini, terutama dalam mengatasi neraca perdagangan yang sedang defisit," ujar Putu.

Oleh karena itu, Kemenperin berkolaborasi dengan KBRI Brussels untuk ikut berpartisipasi di ajang FIA 2018 yang dapat menjadi sarana perluasan kerja sama bagi industri nasional di tingkat internasional.

"Jadi, kami mewujudkannya dalam bentuk country pavilion dengan menempati area seluas 68.25sqm dan akan diisi oleh perusahaan nasional di sektor industri komponen pesawat terbang," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya