KPP Pratama Padang Sidempuan Ajak Pelajar Jadi Pahlawan Masa Kini

Sebanyak 20 persen dari APBN digunakan untuk membiayai sektor pendidikan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Nov 2018, 20:15 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2018, 20:15 WIB
Perkenalkan Pajak Sejak Dini Lewat Pajak Bertutur
400 siswa dari 4 kampus di Jakarta mengikuti sosialisasi tentang Pajak Bertutur yang di selenggarakan oleh Dirjen Pajak Jakarta Barat, Jumat (11/8). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Untuk membangun masa depan perpajakan Indonesia, maka perlu dipersiapkan generasi bangsa yang memiliki kesadaran pajak yang lebih baik. Budaya sadar pajak harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan agar kesadaran pajak menjadi salah satu karakter generasi bangsa.

Oleh karena itu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang Sidempuan menyelenggarakan "Pajak Bertutur" untuk mengajarkan nilai-nilai kesadaran pajak kepada peserta didik dimulai dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi yang berada di wilayah kerja KPP.

Acara yang diselenggarakan di beberapa lokasi yaitu di SD Sariputra Padang Sidempuan, SMP Bunayya Padang Sidempuan, SMA Negeri 2 Padang Sidempuan, STAIN Padang Sidempuan, SMA 2 Siabu Mandailing Natal, SMP Negeri 1 Barumun Padang Lawas dimulai pada hari Jumat 9 November 2018.

Selain di Padang Sidempuan, gelaran "Pajak Bertutur" juga dilaksanakan secara serentak oleh seluruh KPP di seluruh Indonesia.

Dalam kegiatan ini mahasiswa dan siswa diberikan edukasi tentang perlunya kepedulian untuk memahami pentingnya pajak di Indonesia, karena pajak menyumbang 75 persen dari seluruh penerimaan Negara atau APBN yang digunakan untuk membiayai pembangunan.

Sebanyak 20 persen dari APBN tersebut digunakan untuk membiayai sektor pendidikan. Juga dijelaskan mengenai pentingnya pajak dalam pendanaan berbagai program untuk kepentingan bersama, termasuk untuk pelayanan kesehatan, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan infrastruktur.

Edukasi ini dikemas menarik dan disampaikan oleh Tim Penyuluh KPP Pratama Padang Sidempuan. Dengan acara ini diharapkan mahasiswa dan siswa dapat menjadi agen perubahan untuk menyebarluaskan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pajak.

Selain itu diharapkan juga agar menjadi menjadi pembayar pajak yang penuh tanggung jawab setelah memasuki dunia kerja, sehingga di masa yang akan datang akan terwujud generasi yang sadar akan pajak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kanwil DJP Jakarta Barat Edukasi Mahasiswa Lewat Pajak Bertutur

(Foto: Liputan6.com/Tommy Kurnia Rony)
5 universitas ikut pajak bertutur 2018 (Foto:Tommy Kurnia R)

Ratusan mahasiswa dari 5 universitas di Jakarta Barat tampak antusias mengikuti acara Pajak Bertutur yang digelar Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Barat. Kelima universitas tersebut, yakni Universitas Esa Unggul, Universitas Tarumanegara, Universitas Trisakti, Universitas Kristen Krida Wacana, dan Universitas Mercu Buana.

Peserta tampak meriah menyambut acara yang dimulai pukul 09:00 wib di PX Pavilion Ballroom Lippo Mall Puri Kembangan, Jumat (9/11/2018). Acara antara lain diisi edukasi kampus, paparan inklusi, MoU antara DJB Jakbar dengan tax center Universitas Tarumanegara, dan lomba artikel pajak serta yel-yel. 

"Ini merupakan program Kemenkeu di lingkungan DJB Kanwil Jakarta Barat. Kami ucapkan terima kasih karena tujuan acara ini bertujuan sosialisasi dan edukasi perpajakan," jelas Ketua Prodi D3 Perpajakan Universitas Trisakti Universitas Trisakti Abubakar Arief dalam pidato pembukaan.

"Sadar tak sadar, sektor pajak memiliki peran yang sangat penting dari pembangunan negara," tegas dia.

Abubakar menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam memberikan transfer pengetahuan sebagai bagian Tri Darma Perguruan Tinggi. Mahasiswa adalah ujung tombak dalam membantu masyarakat memahami pajak.

Kepala Bidang P2 Humas Kanwil DJP Jakbar Henny Suatri Suardi turut berdialog dengan mahasiswa. Dengan gaya santai dan interaktif, sosok ibu lulusan University of Southern California itu memaparkan fungsi pajak sebagai sumber kemakmuran negara dibanding sumber pendanaan lain.

"Ada tiga sumber penerimaan negara: pinjaman luar atau dalam negeri, menjual Sumber Daya Alam (SDA), dan pajak," ujarnya seraya menjelaskan bahwa dana dari pajak lebih baik karena minim risiko.

Lewat slide powerpoint yang penuh visual, dia menjelaskan, mekanisme pemakaian pajak, gunanya untuk kemakmuran di berbagai sektor, sampai banyaknya wajib pajak yang tidak memenuhi tugasnya.

Tercatat hanya 1,3 juta wajib pajak yang membayar di Indonesia, tetapi banyak yang menuntut pelayanan premium dari negara.

"Ada orang tak memenuhi kewajibannya tapi menuntut hak, itu biasa disebut free rider," kritik Henny.

Ia mengamanahkan agar mahasiswa bisa mengambil peran sebagai pahlawan untuk menjelaskan pentingnya pajak kepada masyarakat luas. "Kita butuh pahlawan zaman now untuk menyosialisasikan pajak dan manfaatnya," jelas Henny kepada para mahasiswa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya