Keputusan BI Bikin Rupiah Tembus 14.594 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat menjelang akhir pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2018, 13:48 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2018, 13:48 WIB
Nilai tukar Rupiah
Nasabah mengantre menukarkan mata uang USD di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Sebelumnya pada Selasa (4/9), Rupiah sempat mencapai level Rp 14.935 per dollar Amerika atau terlemah sejak 1998. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat menjelang akhir pekan ini. Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 day repo rate menjadi 6 persen mendorong penguatan rupiah sejak perdagangan kemarin.

Mengutip data Bloomberg, Jumat (16/11/2018),  rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di posisi 14.571 atau menguat 93,50 poin atau 0,64 persen.

Pada pembukaan perdagangan Jumat pekan ini, rupiah menguat 43 poin atau 0,29 persen menjadi 14.622 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di posisi 14.665 per dolar AS.

Sepanjang Jumat pekan ini, rupiah bergerak di kisaran 14.563-14.622 per dolar AS. Dengan penguatan tersebut, rupiah melemah 7,5 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun berjalan 2018.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) atau kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.594 per dolar AS pada 16 November 2018 atau melemah 170 poin dari posisi perdagangan kemarin di posisi 14.764 per dolar AS.

 

 

Ini Faktor yang Bikin Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS

Nilai tukar Rupiah
Seorang nasabah memasuki tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar Rupiah di pasar spot menguat tipis 0,06 persen ke Rp 14.926 per dollar Amerika. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menuturkan, rupiah menguat terhadap dolar AS sejak perdagangan kemarin hingga jelang akhir pekan masih didorong keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 day repo rate menjadi enam perseroan.

Meski kenaikan suku bunga acuan itu di luar prediksi, David menilai kebijakan BI tersebut untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga bank sentral AS. Ditambah sentimen tak terduga defisit neraca perdagangan per Oktober 2018 melebar USD 1,8 miliar.

"Ini pengaruh suku bunga. Penguatan (rupiah) sejak kemarin hingga hari ini. Keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan,” ujar David saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, dari sentimen eksternal juga belum ada yang terlalu dominan. "Namun harga minyak turun juga mendukung," kata David.

Meski rupiah menguat, David menilai pergerakannya masih fluktuaktif hingga akhir 2018. Hal itu karena perlu mewaspadai kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Desember.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya