China Ingin Relokasi Industri Baja ke RI, Menko Luhut Syaratkan Hal Ini

Saat ini kebutuhan baja dalam negeri sebesar 15 juta ton sementara produksi dalam negeri sebesar 7,5 juta ton.

oleh Merdeka.com diperbarui 18 Des 2018, 20:46 WIB
Diterbitkan 18 Des 2018, 20:46 WIB
20161215-Baja-AY1
Pekerja mengikat baja yang akan dipindahkan untuk di kirim melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (15/12). Di Indonesia peluang pengembangan industri dan konstruksi baja nasional masih terbuka lebar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan China tertarik merelokasi industri baja mereka ke Indonesia. Hal ini merupakan buntut dari eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat.

"Tiongkok juga melihat dengan hubungannya dengan Amerika mereka mau merelokasi industri baja, kami boleh tidak? Ya saya bilang boleh," kata dia, dalam Konferensi Pers, di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (18/12/2018).

Meskipun demikian, mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan China boleh masuk dengan sejumlah syarat, salah satunya produksi tidak boleh lebih dari 7,5 juta ton.

Hal ini, kata dia, telah memperhitungkan kebutuhan baja dalam negeri. Saat ini kebutuhan baja dalam negeri sebesar 15 juta ton sementara produksi dalam negeri sebesar 7,5 juta ton.

"Hanya 7,5 juta ton karena produksi kita 7,5 juta ton dan kebutuhan kita 15 juta ton sehingga kita tidak perlu impor lagi," jelas dia.

Diharapkan dengan adanya investasi baja China ini, ditambah berbagai kebijakan pengendalian impor salah satunya seperti penerapan B20, defisit transaksi berjalan Indonesia dapat ditekan.

"Jadi setelah mengurangi impor migas dengan B20 dan mengurangi baja karena bisa produksi sendiri, maka dalam 3 tahun ke depan CAD kita tidak akan seperti tahun ini. Tahun depan akan jauh berkurang," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Dongkrak Kapasitas, Krakatau Steel Bakal Ambil Alih Pabrik Baja Swasta

(Foto: Liputan6.com/Ilyas I)
Penandatanganan kesepakatan PT Krakatau Steel Tbk dan BUMN Karya (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terus menunjukkan kinerja positif. Setelah tahun lalu perusahaan ini merugi USD 81,7 juta kini perusahaan ini mampu menekan kerugian hingga tinggal USD 22 juta.

Bahkan tahun ini PT Krakatau Steel Tbk ditargetkan bisa untung. Misi perusahaan ternyata tidak sekadar untuk mencari keuntungan.

Nampaknya, Silmy Karim sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk memiliki rencana bisnis jangka panjang, salah satunya peningkatan kapasitas.

Silmy mengaku, saat ini kapasitas produksi perseroan berkode emiten KRAS ini sekitar 5 juta ton setiap tahun. Tahun depan, perusahaan yang bermarkas di Cilegon, Banten ini menargetkan mampu menigkatkan kapasitas hingga 6,5 juta ton.

"Nanti mulai Maret mesin baru kita datang, itu bisa tingkatkan kapasitas 1,5 juta ton, jadi 6,5 jita ton. Kita sedang berproses menuju 10 juta ton seperti yang diinginkan Pak Jokowi," kata Silmy di Kementerian BUMN, Jumat (23/11/2018).

Untuk menuju 10 juta ton tersebut, Silmy bahkan memiliki rencana untuk mengakuisisi beberapa pabrik baja milik swasta. Pabrik yang akan diambil alih ini di antaranya pabrik yang hampir bangkrut.

Seperti diketahui, banyak pabrik baja swasta di Indonesia yang pada akhirnya hampir bangkrut akibat banjirnya produk-poduk baja dari luar negeri.

Ini lantaran pabrik baja swasta nasional ini tak mampu bersaing dengan produk impor tersebut. Pada akhirnya, hanya perusahaan-perusahaan baja skala besar yang mampu bertahan, seperti PT Krakatau Steel Tbk.

"Lalu, saya punya tahapan setelah sehatkan KS, kepercayaan investor naik dan perbankan juga, disini saya dengan teman-teman BOD mau ambil pabrik baja yang kolaps," ungkap Silmy.

Hanya saja, dirinya belum bisa mengungkapkan berapa pabrik baja yang akan diakuisisi dan dimana saja lokasinya. Yang jelas, pihaknya tengah bernegosiasi dengan beberapa pabrik baja tersebut.

Akuisisi ini tujuannya cuma satu, yaitu demi meningkatkan kapasitas produksi perseroan. Pada 2020, Silmy menargetkan mampu memiliki kapasitas 7-8 juta ton per tahun. (Yas)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya