Rupiah Jadi Mata Uang Terbaik Nomor 2 di Dunia

Sempat terkena sentimen negatif, sekarang rupiah telah membaik.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Jan 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2019, 13:00 WIB
Jokowi Bicara Perkembangan Fintech di IMF-Bank Dunia 2018
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menkeu Sri Mulyani (kiri) dan Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim (kanan) dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, New York - Meski sempat terkena sentimen negatif di paruh akhir tahun 2018, rupiah berhasil mempertahankan stabilitasnya dan menjadi mata uang terbaik kedua di dunia dalam segi performa.

Ini berdasarkan data terkini mata uang dengan performa terbaik di dunia versi Bloomberg. Mata uang dari Asia Tenggara berhasil meroket lebih dari 5 persen dan menjadi yang terkuat di dunia dalam setengah tahun terakhir.

Mata uang rupiah berada di peringkat runner-up dengan pertumbuhan hampir 2 persen. Peringkat pertama dipegang baht dengan pertumbuhan melewati 5 persen.

Baht berhasil meninggi berkat cadangan devisa Thailand sebesar USD 207 miliar, surplus neraca berjalan, dan dolar yang melemah. Pada tahun ini pun baht diprediksi akan tetap kuat.

Sementara, rupiah kini kian menguat dan sempat di bawah Rp 14.000. Pada akhir tahun lalu, rupiah pernah menyentuh Rp 15.000.

Pada grafik itu, rupiah terlihat lebih kuat dari mata uang Jepang, Filipina, Kamboja, dan Korea Selatan. Sementara, mata uang Malaysia dan Turki tidak masuk 10 besar.

Beralih ke pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 yang "muram", menurut laporan Bank Dunia di laporan Darkening Skies, tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil di 5,2 persen, namun Thailand diprediksi melambat jadi 3,8 persen.

Pengusaha Ingin Gerak Rupiah Stabil

20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergejolak lantaran penguatan dan pelemahan terjadi dalam waktu singkat pada awal 2019.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berharap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan terlalu tajam pada 2019. Ini sebab naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tersebut dinilai akan merepotkan para pengusaha yang juga merupakan nasabah BCA.

Direktur BCA, Henry Koenaifi mengatakan, selama nilai tukar rupiah tidak mengalami penguatan dan pelemahan yang 'gila-gilaan', pengusaha masih akan aman dan nyaman dalam menjalankan usahanya. 

"Pengusaha itu yang paling penting naik dan turunnya rupiah tidak gila-gilaan. Yang paling penting itu, misalnya dari Rp14.100 lalu turun ke Rp 12.100, terus nanti ada goncangan naik lagi ke Rp 14.000 lagi. Ini melambung banget," kata Henry saat ditemui di Menara BCA Jakarta, seperti ditulis Kamis, 10 Januari 2019.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bergerak fluktuatif pada perdagangan Kamis 10 Januari 2019. Pagi ini, rupiah dibuka di level 14.048 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin di 14.125 per USD.

Mengutip data Bloomberg, rupiah kemudian bergerak melemah usai pembukaan. Tercatat, rupiah sempat menyentuh level 14.099, tapi kembali menguat dan saat ini nilai tukar berada di 14.077 per USD.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya