Cara Sri Mulyani agar RI Mampu Hadapi Pelemahan Ekonomi Dunia

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 akan melambat atau di kisaran 3,5 persen saja.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2019, 20:16 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2019, 20:16 WIB
20160929- Menkeu dan Komisi XI Evaluasi Pelaksanaan Tax Amnesty-Jakarta- Johan Tallo
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (29/9). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pernyataan International Monetary Fund (IMF) soal pertumbuhan ekonomi dunia yang turun menjadi 3,5 persen di 2019 akan mempengaruhi perekonomian RI, salah satunya menekan nilai ekspor. Untuk itu, pemerintah akan konsentrasi terhadap kebutuhan domestik.

"Untuk konsusmsi tetap terjaga kita harus menjaga daya belinya, termasuk dalam stabilitas harga. Oleh karena itu, yang dilakukan pemerintah selama ini, Presiden meminta supaya stabilitas terjaga," kata Sri Mulyani usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jalan Merdeka Utara, Kamis (24/1/2019).

Karena kondisi perekonomian dan cuaca, Sri Mulyani mengatakan jumlah stok pangan menjadi sangat penting dalam situasi saat ini. Beberapa stok kebutuhan pangan, kata Sri, harus ada di setiap wilayah.

"Stok itu harus ada di berbagai tempat supaya tetap jaga stabilitas," kata Sri.

Sri Mulyani juga berharap dari segi investasi dan pertumbuhan kredit meningkat. Dia pun yakin kebutuhan domestik akan stabil.

"APBN di tahun ini belanja sekitar Rp 2.500 triliun atau tumbuh sekitar 10 persen lagi dari tahun lalu, kalau kita lihat itu ya domestic demand akan terjaga," kata Sri Mulyani.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bos IMF Lagarde Sebut Kondisi Ekonomi Ibarat Bermain Ski

Kepala IMF Christine Lagarde (AP/Laurent Gillieron)
Kepala IMF Christine Lagarde (AP/Laurent Gillieron)

Sebelumnya, para elite dunia sedang menghadiri pertemuan di Davos, Swiss, dalam acara tahun World Economic Forum atau Forum Ekonomi Dunia (WEF).

Suasana salju Januari yang dinikmati para tamu di tepian Alpen itu terasa kontras dari angin musim dingin yang berhembus di dunia perekonomian, mulai dari perlambatan ekonomi China dan krisis utang di Eurozone.

Pemimpin IMF Christine Lagarde membuka ajang tersebut dan menyampaikan analogi dalam pidatonya. Lagarde berkata, kondisi perekonomian persis seperti melakukan cross-country ski (ski lintas negara).  

"Apa yang kamu inginkan jika kamu adalah pemain ski lintas negara? Kamu pasti menyukai daya pandang yang bagus, tanpa ketidakjelasan," ujar Lagarde dalam pidatonya seperti dilaporkan Bloomberg, Selasa (22/1/2019).

Lagarde pun menyindir mereka yang tidak bermain sesuai aturan yang sudah disetujui. Menurut dia, lebih baik jika semua pemain berada sesuai jalurnya.

Melihat kondisi ekonomi terkini, Christine Lagarde mengakui, ski akan menjadi tambah berat, serta butuh usaha lebih. 

Sejumlah pemain presiden dan perdana menteri (PM) malah absen dari Davos. Di antaranya ada Presiden Amerika Serikat Donald Trump, PM Britania Raya Theresa May, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Prancis Emmanuel Macron, PM India Narendra Modi.

Trump absen di Davos akibat penutupan pemerintahan AS, pemerintahan Prancis yang di bawah pimpinan Macron sedang bergejolak akibat tuntutan ekonomi kelompok Jaket Kuning, Theresa May masih sibuk oleh paket Brexit, sedangkan pemerintahan Trudeau terganjal isu penahanan warga Kanada di China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya