IMF Ingatkan Risiko Utang Global

Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperkirakan imbas perang dagang dapat turunkan satu persen PDB.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Okt 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 14:30 WIB
Kunjungi Paviliun Indonesia, Bos IMF Terpesona Budaya Nusantara
Managing Director IMF Christine Lagarde menyaksikan musikus memainkan sasando saat berkunjung ke Paviliun Indonesia di arena pertemuan IMF-Bank Dunia, Bali, Rabu (10/10). Christine terpesona dengan berbagai budaya Nusantara. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Nusa Dua - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengingatkan negara-negara mengenai utang global di tengah tantangan ekonomi global, terutama perang dagang.

IMF memperkirakan ketegangan perang dagang dapat mengurangi satu persen produk domestik bruto (PDB) hingga dua tahun ke depan.

Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, menyampaikan hal itu saat dalam rapat di pertemuan IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).

Christine menuturkan, selama ini kerja sama perdagangan telah dorong pertumbuhan dan kemakmuran yang belum pernah terjadi selama lebih dari 70 tahun. Namun, sayang kerja sama itu seolah ditinggalkan. Ini seiring meningkatnya ketegangan perdagangan.

"Kami memperkirakan eskalasi ketegangan perdagangan saat ini dapat mengurangi PDB global hampir satu persen selama dua tahun ke depan," ujar Christine.

Lebih lanjut ia menuturkan, ketegangan perang dagang itu perlu dikurangi. Ini dengan mereformasi sistem perdagangan global untuk membuatnya lebih baik, adil dan kuat untuk semua bangsa. "Itu berarti memperbaiki sistem bersama-sama, tidak merobeknya," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan, hal sama berlaku untuk ketidakseimbangan global. Defisit transaksi berjalan yang besar mencerminkan surplus akun lancar yang besar. "Jadi melindungi stabilitas ekonomi mensyaratkan kelebihan defisit dan surplus negara bekerja dengan cara kooperatif," ujar dia.

Selain itu, IMF juga menyoroti meningkatnya kerentanan terhadap utang. IMF mencatat utang publik dan swasta global telah mencapai USD 182 triliun.

"Sebanyak 224 persen dari PDB global, sekitar 60 persen lebih tinggi dari pada 2007. Ketika kondisi keuangan mengetat, angin bisa bergeser, terutama untuk pasar negara berkembang menyebabkan pembalikan aliran modal," ujar dia.

Christine mengatakan, hal itu bisa mudah mempercepat dan menyebar melintasi perbatasan dengan dampak nyata pada orang-orang. Untuk mencegah hal ini, kebijakan domestik negara harus dilengkapi dengan jaring pengaman keuangan global. "Beberapa sumber daya untuk itu dapat berasal dari pengaturan keuangan daerah-Chiang Mai Initiative, misalnya," kata dia.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Bos IMF: Dunia Makin Sejahtera, tapi Banyak yang Tak Ikut Merasakan

Keberadaan Kampung di Jakarta
Anak-anak sekolah melintas di Kampung Kuningan Timur, Jakarta, Kamis (11/1). Permukiman warga miskin di kampung tersebut terlihat kontras dengan pembangunan hunian bertingkat mewah dan pusat-pusat perbelanjaan di sekitarnya. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sebelumnya, subjek tentang ketidaksetaraan (inequality) menjadi yang utama dibahas dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali. Isu itu disorot karena meski dunia makin sejahtera, tetapi banyak orang yang tidak ikut merasakannya.

Fakta itu disampaikan langsung Direktur Pelaksanan IMF Christine Lagarde dalam pidatonya, Jumat, 12 Oktober 2018. Presiden Joko Widodo dan delegasi 189 negara turut menyimak.

"Walaupun kerja sama dagang telah mendorong periode pertumbuhan dan kesejahteraan yang belum pernah dialami dalam 70 tahun terakhir, hal itu sekarang menghadapi cambukan balik, di antaranya banyak orang yang ditinggalkan (dalam pertumbuhan ekonomi)," ucap Lagarde.

Penelitian IMF menunjukkan bahwa ketidaksetaraan berkaitan dengan munculnya kaum marjinal, dan memiliki efek pada hidup kemasyarakatan dan kepercayaan. "Maka tak aneh banyak orang merasa marah dan terpinggirkan," ucap Lagarde.

Dalam upaya menangkal masalah ketidaksetaraan, IMF mengajak lebih banyak kerja sama dalam pemerintahan, sektor privat, dan warga sipil.

"Agar menumpas diskriminasi terhadap wanita, merancang reformasi pasar tenaga kerja, dan memperkuat pendidikan, pelatihan, dan sistem perlindungan sosial."

Lagarde menekankan betapa pentingnya kebijakan yang berpusat pada manusia. Ucapan Bos IMF itu senada dengan pesan Bos Bank Dunia terkait modal sumber daya manusia (SDM)

"Libatkan orang, bukan malah menyingkirkan mereka, dan persiapkan mereka untuk tranformasi teknologi," pungkas Lagarde.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya