Gara-Gara Shutdown, Donald Trump Membatalkan Lawatan ke Swiss

Donald Trump membatalkan lawatannya ke pertemuan forum ekonomi dunia di Davos, Swiss, karena pemerintah yang masih shutdown.

oleh Afra Augesti diperbarui 12 Jan 2019, 09:31 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2019, 09:31 WIB
White House atau Gedung Putih
White House atau Gedung Putih. (AP)

Liputan6.com, Washington D.C. - Donald Trump mengumumkan pada Kamis, 10 Januari 2019 waktu Amerika Serikat bahwa ia telah membatalkan rencana kunjungannya ke Davos, Swiss, untuk menghadiri pertemuan World Economic Forum.

Keputusan ini dibuatnya sehubungan dengan masih ditutupnya atau shutdown sebagian pemerintah federal atas pendanaan tembok perbatasan Meksiko-AS.

Trump, yang menyampaikan kabar tersebut sebelum mendarat di McAllen, Texas (dalam lawatannya ke perbatasan di bagian selatan), mengatakan bahwa ia tidak akan menghadiri forum tersebut jika pemerintah masih ditutup.

"Karena ketidakpedulian Demokrat untuk mengatasi persoalan Keamanan Perbatasan dan pentingnya Keselamatan bagi Bangsa kita, maka dengan hormat, saya membatalkan perjalanan kenegaraan saya yang sangat penting ke Davos, Swiss, untuk menghadiri World Economic Forum. Salam hangat dan permintaan maaf, saya tujukan kepada @WEF!" kata Donald Trump melalui akun Twitter-nya, yang dikutip dari CBS News, Jumat, 11 Januari 2019.

Trump, yang menghadiri World Economic Forum pada tahun lalu, dijadwalkan untuk menghadiri kembali acara tersebut pada tahun ini, bersama dengan pejabat administrasi lainnya, termasuk Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.

Kebuntuan terkait shutdown tampaknya tidak akan ada habisnya. Trump menuntut anggaran negara sebesar US$ 5,7 miliar untuk membangun tembok perbatasan Meksiko-AS, bersama dengan miliaran dana lainnya untuk langkah-langkah keamanan perbatasan.

Di satu sisi, Demokrat terus bersikeras pada pendiriannya. Mereka ogah mendanai dinding raksasa itu.

Presiden ke-45 AS itu lantas menyalahkan para pemimpin Demokrat, meskipun ia mengatakan --dalam pertemuan dengan Pelosi dan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer pada bulan lalu-- bahwa ia dengan senang hati akan menutup pemerintah dan tidak akan menyalahkan keduanya.

Selain itu, Donald Trump juga mengancam akan mengumumkan status darurat nasional, bila ia tidak dapat mencapai kesepakatan terkait dengan Kongres.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kembali Ancam Kongres

Donald Trump Bertengkar dengan Jurnalis CNN
Presiden AS, Donald Trump mengarahkan telunjuk ke jurnalis CNN Jim Acosta saat seorang staf mencoba menarik mikrofon darinya dalam konferensi pers di Gedung Putih, Rabu (7/11). Ketegangan bermula dari pertanyaan sang wartawan soal imigran. (AP/Evan Vucci)

Donald Trump kembali mengancam untuk mengumumkan kondisi darurat nasional, menyusul tak disetujuinya rencana anggaran perluasan tembok pembatas di selatan.

"Saya memiliki hak mutlak untuk mengumumkan kondisi darurat nasional," kata Trump kepada wartawan ketika ia bertolak menuju sebuah acara di dekat tembok perbatasan.

Dia juga mengatakan Meksiko akan "secara tidak langsung" membayar pembangunan tembok perbatasan, di mana hal itu bertentangan dengan memo kampanye sebelumnya, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (11/1/2019).

Sebagaimana diketahui, dalam memo kampanye yang dibuatnya pada 2016 lalu, Trump menguraikan bagaimana ia berencana untuk "memaksa Meksiko melakukan pembayaran satu kali" sebesar US$ 5-10 miliar (setara Rp 70,3 miliar hingga Rp 140 miliar) untuk tembok perbatasan.

Sementara itu, pemerintahan AS telah ditutup sebagian selama 20 hari, pembayaran kepada sekitar 800.000 pegawai federal terhambat.

Donald Trump disebut enggan beri tanda tangan pada kesepakatan mendanai dan membuka kembali pemerintahan, jika Kongres tidak memasukkan dana US$ 5,7 miliar (setara Rp 80,2 triliun) untuk perluas pagar tembok di perbatasan AS-Meksiko.

Meski begitu, perundingan tentang isu tersebut tetap menemui jalan buntu karena kubu Demokrat --yang menguasai sebagian besar kursi DPR AS-- menolak memberi Trump uang.

Di lain pihak, para pemimpin kubu Republik bersikeras mendukung Donald Trump, meski sebagian anggotanya di parlemen menyerukan untuk mengkashiri penutupan pemerintahan.

Sementara itu, sehari setelah Trump walk out dari perundingan dengan kubu Demokrat, Kamis 10 Januari 2019, dia pergi mengunjugi sebuah stasiun patroli perbatasan di Kota McAllen, yang berlokasi di lembah Sungai Rio Grande, negara bagian Texas.

Dia mengatakan bahwa jika Kongres AS tidak menyetujui pendanaan untuk tembok itu, dia akan segera menyatakan kondisi darurat nasional untuk melampaui keputusan parlemen.

Di McAllen, dia menemui para petugas patroli perbatasan, dan keluarga dari warga AS yang tewas terbunuh oleh imigran gelap.

"Jika kami tidak memiliki tembok pembatas... Anda tidak akan dapat menyelesaikan masalah ini," katanya, seraya menambahkan bahwa masyarakat AS berisiko menghadapi "kerja keras", "kelelahan akut", dan banyak kematian tanpanya.

"Mereka mengatakan tembok itu seperti teknologi abad pertengahan ... Mereka lupa bahwa ada banyak hal yang berhasil darinya," lanjut Trump.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya