Liputan6.com, New York - Tak perlu seorang profesor ekonomi untuk memahami bahwa laba adalah prioritas utama dalam setiap bisnis. Lalu, saat usaha yang ditekuni mulai menghasilkan laba, apa yang Anda lakukan dengan laba tersebut?
Jika sebagian besar pengusaha akan menggunakannya untuk memutar roda bisnisnya lebih cepat, Zachary Quinn dan Brian Keller justru melakukan hal yang sangat luar biasa dengan laba yang ia raih.
Advertisement
Baca Juga
Melansir laman success.com, pendiri perusahaan pakaian Love Your Melon tersebut selalu menyumbangkan 50 persen dari seluruh laba yang diterima perusahaan. Donasi tersebut digelontorkan untuk lembaga-lembaga peneliti dan pengobatan kanker.
Banyak orang yang menganggap Quinn dan Keller akan kesulitan mempertahankan bisnis lantaran kebaikannya yang nyaris tak masuk akal. Ternyata sebaliknya, bisnis keduanya justru terus berkembang lantaran mereka rajin beramal.
"Sejak masih kuliah kami merasa harus melakukan hal berguna bagi hidup orang lain. Kami tak ingin hanya fokus mencetak uang dari usaha kami. Bukan soal itu," terang Quinn.
Awalnya sederhana saja, dari setiap topi yang terjual dari usahanya, mereka akan mendonasikan satu topi lain untuk anak-anak pengidap kanker. Meski banyak yang meragukan bisnis tersebut lantara aksi amal keduanya, Quinn kini menjabat sebagai CEO dan berhenti kuliah demi fokus berbisnis.
Bisnisnya kini terus berkembang hingga memiliki 120 karyawan. "Kami memberi upah yang cukup dan berhasil membantu orang lain dari bisnis ini," tandas Quinn.
Demi Selamatkan Bumi, Miliarder Ini Donasi Rp 15 Triliun
Miliarder Hansjörg Wyss asal Swiss bertekad menyelamatkan planet bumi dari kepunahan hewan liar dan perubahan iklim. Demi misi tersebut, ia menyiapkan USD 1 miliar atau Rp 15 triliun (1 USD = Rp 15.107).
Dilansir dari The New York Times, Wyss khawatir mengenai alam yang semakin terpojok akibat industri yang bersifat ekstraktif. Ia pun bertekad agar alam liar bisa dikelola publik, bukan swasta.
"Ini adalah gagasan bahwa alam liar dan air lebih baik dikonservasikan bukan di pihak swasta, (lalu) digembok di balik gerbang, melainkan sebagai taman nasional, tempat berlinung hewan liar dan cagar lautan, selamanya terbuka bagi semua orang untuk merasakan dan mengeksplorasi," tulis Wyss yang saat ini tinggal di negara bagian Wyoming.
Miliarder itu berkata, kepercayaan demikian sudah ada pada dirinya sejak ia muda, ketika ia pertama kali mendaki di Rocky Mountains, Colorado.
Lebih lanjut, Wyss mendengarkan saran para ilmuwan bahwa setengah dari planet bumi perlu dilindungi agar mencegah kepunahan tumbuhan dan makhluk liar. Namun, saat ini baru 15 persen tanah di dunia dan 7 persen samudera yang dilidungi.
Masyarakat, filantropis, pebisnis, dan pemimpin pemerintahan, menurut Wyss, harusnya khawatir melihat sedikitnya alam di planet yang dilindungi. Ia pun menegaskan untuk menonasi USD 1 miliar untuk menangani isu tersebut.
"Saya memutuskan untuk mendonasikan USD 1 miliar selama satu dekade ke depan untuk mempercepat konservasi tanah dan samudera di seluruh dunia dengan tujuan melindungi 30 persen permukaan planet pada 2030," ujarnya.
Berdasarkan informasi Forbes, kekayaan Wyss berasal dari penjualan perusahaan manufaktur alat medis Syntheskepada Johnson & Johnson pada 2012 lalu. Sang miliarder pun mendukung dua universitas di Zurich untuk mempercepat penelitian medis dengan dana sebesar USD 120 juta (Rp 1,8 triliun).
Â
Â
Â
Advertisement