Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mendorong pembangunan terminal mini gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) di berbagai wilayah di Indonesia. Infrastruktur ini dinilai tepat dipakai untuk menunjang pemenuhan kebutuhan gas di negara kepulauan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto menyebutkan, terminal mini LNG pertama telah digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Sambera, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Advertisement
Baca Juga
LNG pembangkit ini berasal dari Bontang yang berjarak 80 kilo meter (km) dan diangkut dengan menggunakan truk. Setiap hari, sebanyak 24 truk bergantian mengisi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
Terminal mini LNG juga akan dibangun di Ternate, Nabire, Jayapura, Kendari dan Flores.
“Ini (pembangunan terminal mini LNG) akan terus dikembangkan karena negara kita negara kepulauan. Potensi Small scale LNG cukup bagus dan di daerah (Indonesia) Timur akan dibangun oleh PGN,” kata Djoko, dikutip dari situs resmi Ditjen Migas, di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Pembangunan terminal mini LNG merupakan salah satu capaian Kementerian ESDM yang manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat. Dengan masuknya LNG, biaya energi primer yang dihemat sebesar Rp 70 miliar per tahun.
"Penggunaan LNG juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit sebesar 38 persen," tuturnya.
Selama ini lantaran keterbatasan infrastruktur, sebagian besar produksi LNG Indonesia diekspor.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pemanfaatan LNG untuk domestik baru sekitar 405,2 BBTUD. Sementara LNG yang diekspor mencapai 1.907,8 BBTUD.
"Dengan adanya terminal mini LNG, pemanfaatan LNG untuk domestik dapat ditingkatkan," tandasnya.