Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menuturkan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini tak dapat terbendung lagi. Itu salah satunya seiring menjamurnya pertumbuhan Unicorn di dalam negeri.
Indonesia bahkan dipandang sebagai pangsa pasar yang menjanjikan ketika berbicara ekonomi digital atau platform bisnis yang disebut e-commerce.
Advertisement
Baca Juga
"Indonesia adalah potensi besar untuk lakukan ini karena kan penduduk kita banyak dan 40 persen lebih masyarakat kita belum punya rekening dan belum cukup pembinaan literasinya," ujarnya di Jakarta, Selasa (26/2/2019).
Dia mengaku, tidak akan melarang keberadaan Unicorn di dalam negeri untuk terus bertumbuh. Lantaran, banyak membawa manfaat bagi masyarakat.
"Kami dari OJK tak akan larang itu karena masyarakat banyak dapat manfaat dengan hadirnya produk-produk teknologi terutama finansial sektor," ujarnya.
Dia mengungkapkan, yang perlu diperhatikan ialah menjaga dan memonitor keberadaan Unicorn ini di dalam negeri.
"Kemudian bagaimana kita bisa memonitor dengan jelas dan kita berikan koridor bagaimana mereka operasinya itu kuat," tandas dia.
Menkominfo Tegaskan Unicorn Tak Mungkin Dikuasai Asing
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menegaskan Unicorn di Indonesia tidak akan bisa dikuasai asing. Saat ini terdapat 4 Unicorn di Indonesia yaitu Gojek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak.
Dia kembali memastikan jika meski mendapat suntikan dana dari asing, Unicorn tidak akan berganti kepemilikan. Sebab model bisnisnya berbeda dengan perusahaan konvensional.
Baca Juga
Jika di perusahaan biasa, pemimpin bisa berganti menjadi pemilik modal terbesar. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Unicorn. Kepemimpinan tetap berada di tangan founder.
"Start up enggak gitu. Founder itu gak boleh keluar malah, meski suatu saat listed. Venture capitalnya? ya mereka cuma uang aja," ujar dia di Jakarta, Selasa (26/2/2019).
Dia mencontohkan, PT Djarum yang menyuntikkan dana di beberapa start up di Indonesia. Namun pimpinan Djarum tidak bisa menjadi direktur di perusahaan start up tersebut.
"Unicorn Indonesia misalnya, Djarum investornya, Astra ke Gojek misalnya, paling mentok jadi komoisaris aja. CEO, Founder dan lain-lain itu ya dari perusahaan. Mereka believes jadi investor. Zaky (Bukalapak), Fery (Traveloka), William (Tokopedia), Nadiem (Gojek) ya gak boleh keluar," tegas dia.
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement