Incar Transaksi Turis China, BCA Gandeng Alipay dan WeChat Pay

Lewat kerjasama bisnis ini diharapkan akan mempermudah turis-turis asal negeri China untuk bertransaksi

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 28 Feb 2019, 20:10 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2019, 20:10 WIB
20160303-Jahja Setiaatmadja-Presiden Direktur BCA-AY
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaadmadja, berharap bisa berkolaborasi dengan dua raksasa sistem pembayaran digital asal China, Alipay dan WeChat Pay, pada kuartal III 2019.

Kedua perusahaan ini diketahui telah lama melakukan penjajakan bisnis dengan BCA untuk bisa masuk ke dalam platform merchant milik perseroan.

"Itu kita akan buka, tapi persiapan technicality-nya tentu harus disiapkan. Jadi mudah-mudahan kuartal ketiga kita bisa kerjasama dengan mereka," ujar dia di Jakarta, Kamis (28/2/2019).

Lewat kerjasama bisnis ini diharapkan akan mempermudah turis-turis asal negeri China untuk bertransaksi via Alipay maupun WeChat Pay di Indonesia.

"Jadi kalau ada turis dari China tidak bawa visa card, tidak bawa kartu kredit, tidak bawa tunai, mereka dengan gadget-nya yang WeChat maupun Alipay bisa transaksi di merchant kita," sambung dia.

Adapun secara proses pembagian komisi atau sharing fee, BCA akan berlaku sebagai penyambung antara pihak merchant dengan Alipay dan WeChat Pay.

"Jadi mekanismenya waktu mereka belanja, di sana dicatat sebagai tagihan kepada nasabah. Lalu kita akan bayar merchant dan kita akan tagih ke sana (Alipay dan WeChat Pay). Lalu mereka akan donasikan ke kita," tutur dia.

"Kita akan bagi sharing fee. Fee based-nya selalu kita sharing dengan mereka," bos BCA ini menambahkan.

BCA Catatkan Laba Bersih Tumbuh 10,9 Persen Jadi Rp 25,9 Triliun pada 2018

20160517-Presiden Direktur PT BCA Tbk, Jahja Setiaatmadja-Jakarta
Presiden Direktur PT BCA Tbk, Jahja Setiaatmadja (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar Rp 25,9 triliun pada 2018, atau meningkat 10,9 persen dibanding pendapatan pada tahun sebelumnya yang sebanyak Rp 23,3 triliun.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaadmadja menyampaikan, pihaknya beserta entitas anak mencatat pertumbuhan kinerja keuangan yang positif pada 2018, di tengah kondisi likuiditas sektor perbankan yang mengetat dan ada tren kenaikan suku bunga. 

"Posisi likuiditas BCA didukung oleh dana CASA yang solid. berkat pengembangan berkelanjutan franchise perbankan transaksi. Kami menekankan kehati-hatian dalam penyaluran kredit dalam meraih peluang-peluang dari permintaan kredityang lebih tinggi selama tahun 2018," tutur dia dalam sesi konferensi pers di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (28/2/2019).

Selain kenaikan laba bersih, pendapatan operasional bank yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya juga tumbuh 10,6 persen menjadi Rp 63 triliun pada 2018, dari pemasukan sebesar Rp 57 triliun pada 2017.

Pendapatan bunga bersih pun meningkat 8,3 persen menjadi Rp 45,3 triliun, sementara pendapatan operasional lainnya tumbuh 17 persen menjadi Rp 17,7 triliun pada 2018.

Pada 2018, portofolio kredit meningkat 15,1 persen menjadi Rp 538 triliun yang turut didukung oleh tingginya kebutuhan kredit usaha. Sedangkan kredit korporasi tumbuh 20,4 persen menjadi Rp213,3 triliun pada akhir tahun lalu. 

Kredit komersial dan UKM meningkat 13,4 persen menjadi Rp 183,8 triliun. BCA mencatat pertumbuhan kredit usaha yang lebih tinggi, baik pada kredit investasi maupun modal kerja. 

Meskipun dihadapkan pada peningkatan suku bunga, kredit konsumer tumbuh 9,7 persen menjadi Rp 140,8 triliun. Pada segmen konsumer, KPR tumbuh 12 persen menjadi Rp 87,9 triliun dan KKB meningkat 4,4 persen menjadi Rp 40 triliun 2018. Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit tumbuh 11,8 persen menjadi Rp 12,9 triliun. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya