2 Alasan Ekonomi Indonesia Bisa Kalahkan China di 2028

Kenapa Indonesia bisa kalahkan China dalam 1 dekade mendatang?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Mar 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2019, 18:00 WIB
Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, New York - Dalam satu dekade ke depan, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pesat. Negeri China yang sekarang sedang dominan pun dapat dilewat Indonesia.

Apa modal Indonesia agar dapat mengalahkan China serta Malaysia dan Turki? Jawabannya adalah sumber daya alam serta pemerintah yang mengurangi ketergantungan pada dana asing.

Dilansir Business Insider, kekuatan ekonomi Indonesia menjadi sorotan dalam studi Oxford Economics. Pada studi itu, ada 10 negara yang diproyeksikan menjadi pemain penting di ekonomi dunia dalam 10 tahun ke depan.

Indonesia berada di peringkat tiga, di atas sejumlah negara Asia Tenggara, sekaligus tepat satu peringkat di atas China.

"Negara ini siap menjadi powerhouse ekonomi pada tahun-tahun mendatang. Diberkahi dengan sumber daya alam yang berlimpah dan terus mengurangi ketergantungan dari pendanaan asing, Indonesia tampak siap menjadi pemain kunci dengan pertumbuhan 5,1 persen," tulis Oxford Economics.

Sementara itu, posisi China di bawah Indonesia akibat utangnya yang tinggi. Ekonomi China disebut akan melambat dalam 10 tahun ke depan. Tahun 2018 pun ekonomi China sudah mulai melambat.

Satu-satunya negara Asia Tenggara yang peringkatnya di atas Indonesia adalah Filipina. Potensi utama Filipina adalah tenaga kerja serta pertumbuhan ekonomi yang segera menjadi yang paling cepat di dunia.

 

Peraih Nobel Ekonomi 2004 Finn Erling Bicara soal Investasi Asing di RI

Peraih Nobel Ekonomi 2004 Finn Erling Kydland
Peraih Nobel Ekonomi 2004, Prof. Finn Erling Kydland memberikan paparan dalam seminar di Universitas Binus, Jakarta, Jumat (8/3). Seminar menjelaskan efek dari kebijakan makro terhadap pertumbuhan ekonomi dan siklus bisnis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Peraih Nobel Ekonomi 2004, Finn Erling Kydland, angkat suara soal investasi asing di Indonesia.

Meski belakang isu investasi asing, seperti dari China, sedang menjadi polemik, tetapi Kydland mengajak memahami esensi dasar dari investasi asing.

Ia menyebut, negara dapat mengambil keuntungan dari investasi asing untuk mendanai proyek-proyek yang tidak seluruhnya bisa dilaksanakan dengan dana domestik.

"Investasi asing, secara umum, seharusnya merupakan hal yang baik. Itu adalah cara membantu ketika negara tak memiliki sumber sendiri dan dana yang cukup," ujar dia dalam konferensi pers di Universitas Binus, Jakarta Barat pada Jumat, 8 Maret 2019.

Dan hal tersebut (investasi asing), jika dilakukan dengan benar, maka dapat membantu ekonomi tumbuh lebih cepat," ucap Kydland.

Lebih lanjut, dia juga mencontohkan negaranya sendiri, Norwegia, yang pada  1920 sampai 1930-an adalah negara yang sangat miskin. 

Norwegia pun mengandalkan dana investor asing untuk membuat negaranya berkembang. Kydland berkata, Norwegia jadi tumbuh lebih cepat berkat investasi. 

Ketika ditanyakan mengenai kasus investor China, Huang Xiangmo, yang mencoba mempengaruhi politik di Australia, Kydland menyebut kasus itu berbeda, sebab tidak memberikan kontribusi apapun bagi ekonomi.

"Menggunakan uang untuk mempengaruhi politisi adalah hal berbeda. Itu sama sekali tak membantu memperkaya sebuah negara," kata dia.

Secara ekonomi, Kydland menepis anggapan, investasi asing, seperti untuk infrastruktur atau pabrik, dapat berniat jahat. Menurut dia, setiap investor pasti ingin agar proyek sukses agar mendapatkan untung.

"Sebagai investor, kamu  pasti selalu berharap mendapat untung. Kamu tak akan melakukannya kecuali yakin ada keuntungannya. Jadi saya tak dapat memikirkan contoh bahwa investasi dapat memiliki niat jahat atau buruk," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya