Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari terakhir timbul pro-kontra tentang keuntungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lembaga Manajemen UI mengatakan untuk pertamakalinya keuntungan BUMN telah menyalib keuntungan Khazanah (holding BUMN Malaysia). Pada 2018, BUMN Indonesia mencetak laba bersih Rp 188 triliun. Sedangkan BUMN Malaysia atau Khazanah rugi 6,3 miliar ringgit atau Rp 21 triliun.
Beberapa ekonom juga ikut mengulas mengenai kinerja BUMN tersebut. Ulasan tersebut hingga menyentuh rasio rasio seperti return on equity (ROE)dan Return on Assets (ROA). Ada juga yang membandingkan antara kinerja saat ini dengan lima tahun lalu.
Terkait perdebatan itu, guru besar UI Rhenald Kasali menyampaikan, ROE dan ROA bukanlah alat tunggal yang bisa dijadikan acuan untuk menilai kinerja BUMN.
Advertisement
"Sebab BUMN adalah pelaksana dari pasal 33 UUD 45. Jadi walaupun ada motif keuntungan, prinsipnya adalah terjadinya pembangunan, bukan memaksimalkan keuntungan sebesar-besarnya seperti dalam kapitalisme atau perusahaaan swasta," kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3/2019).
Baca Juga
"BUMN boleh dan sebaiknya untung, tapi tidak boleh maximizing profit, seperti cara pandang mahasiswa yang baru belajar," tambahnya.
Ia juga menyayangkan kalau para pengamat mengarahkan BUMN dikelola secara neolib. Baginya, pandangan lain yang mengatakan BUMN tak boleh terbebani oleh misi pemerintah, sangat terispirasi oleh kapitalisme pasca oil crises 1973 yang menekankan bahwa "uang harus dipakai untuk mendapatkan uang" sebesar-besarnya.
Prinsip neolib itu diketahui telah mengakibatkan terjadinya krisis di era Orba 1998 dan di Amerika Serikat 2008 yg menimbulkan ketimpangan yang sangat besar dan pengangguran dimana-mana.
Menurutnya, semakin tinggi ROE dan ROA BUMN, semakin rugi rakyatnya. Pandangan kaum neolib ini membuat mereka sejalan dengan Bank Dunia yang mengkritik pedas pembangunan Infrastruktur Jokowi. Bank Dunia dalam kritiknya menyebut tarif listrik PLN, jalan tol, harga BBM dan tarif-tarif yang dibuat BUMN terlalu rendah sehingga membuat investasi di BUMN kurang menarik.
Pendiri Rumah Perubahan ini menyarankan agar para pakar melihat juga geliat investasi infrastruktur publik untuk keuntungan masyarakat. "Pembangunan fasilitas publik itu tak akan pernah terjadi kalau BUMN dan pemerintah didorong harus cepat-cepat dapat untung atau harus langsung ramai." kata dia.
"konsekuensinya berat," ujarnya. Selain memicu inflasi, rakyat juga akan sangat terluka. Oleh karenanya ROE dan ROA BUMN memang jangan terlalu tinggi. Harus moderat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aset BUMN Tembus Rp 8.092 Triliun pada 2018
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyatakan, kondisi BUMN saat ini semakin kuat dan kokoh seiring kinerja terus tumbuh.
Ini dilihat dari laporan kinerja BUMN sepanjang 2018. Aset, laba, ekuitas, belanja modal hingga kontribusi kepada APBN dalam bentuk pajak, PNBP, dan dividen naik signifikan.
Hingga 31 Desember 2018, total aset BUMN menembus angka Rp 8.092 triliun. Aset BUMN naik Rp 882 triliun dari capaian 2017 sebesar Rp 7.210 triliun. Total laba BUMN tumbuh menjadi Rp 188 triliun dari laba 2017 sebesar Rp 186 triliun.
Besarnya kontribusi BUMN dalam pembangunan infrastruktur pun terlihat dari belanja BUMN yang meningkat sepanjang 2018 mencapai Rp 487 triliun. Angka itu naik signifikan dibandingkan 2017 sebesar Rp 315 triliun. Belanja modal (capital expenditure/capex) 2018 itu didominasi oleh sektor infrastruktur.
BACA JUGA
Kontribusi BUMN terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melonjak menjadi Rp 422 triliun, naik Rp 68 triliun dari setoran 2017 sebesar Rp 354 triliun.
"Kinerja positif ini akan kami jaga dan tingkatkan agar BUMN dapat terus melayani negeri, menjadi agen pembangunan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini sebagaimana tertuang dalam amanah konstitusi bahwa BUMN harus menjadi agen pembangunan dan agen penciptaan nilai,” tutur Rini, dalam acara rapat koordinasi BUMN di JCC Senayan pada 28 Februari seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (6/3/2019).
Wujud nyata kontribusi BUMN dalam pembangunan tercermin dari peningkatan konektivitas darat, laut dan udara.
Di darat, BUMN telah merealisasikan pembangunan dan pengoperasian jalan tol sepanjang 782 KM, reaktivasi rel kereta Jawa Barat sepanjang 178,8 KM, LRT Palembang serta pembangunan LRT Jabodebek.
Di laut, BUMN telah membangun 27 pelabuhan baru, 100 kapal pendukung tol laut, peningkatan kapasitas peti kemas menjadi 28,8 Teus, dan dwelling time menjadi tiga hari dari semula tujuh hari pada 2014. BUMN telah membangun 10 bandar udara baru demi menunjang konektivitas udara.
Advertisement