The Fed Tahan Suku Bunga, Sri Mulyani Ingatkan Ekonomi Global Lemah

Menteri Keuangan, Sri Mulyani menilai tekanan global berkurang dengan langkah the Fed pertahankan suku bunga acuan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mar 2019, 13:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2019, 13:30 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menilai tekanan global berkurang dengan langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang mempertahankan suku bunga acuannya.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi tahun lalu. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali.

"Berarti tekanan seperti yang terjadi pada 2018, yakni kenaikan suku bunga empat kali tidak terjadi tahun ini," ujar Sri Mulyani saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Sri Mulyani mengatakan, keputusan the Fed kali ini sudah mempertimbangkan perkembangan ekonomi AS dan global yang diprediksi melemah pada 2019.

Meskipun tekanan kebijakan the Fed berkurang, tapi pelemahan ekonomi global tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh banyak negara. 

"Bahwa mereka (The Fed) fokus ke pelemahan ekonomi baik di AS ataupun seluruh dunia. Jadi ini juga berikan peringatan dua hal, bahwa lingkungan global mungkin menjadi lemah tapi dengan the Fed tidak menaikkan suku bunga," tutur Sri Mulyani.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

The Fed Belum Akan Naikkan Suku Bunga lagi pada 2019

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mengambil sikap kebijakan kurang agresif usai menggelar pertemuan selama dua hari.

Hal ini menunjukkan the Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada 2019 di tengah ekonomi yang melambat dan mengumumkan rencana akhiri program pengurangan neraca pada September.

The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 2,25 persen-2,5 persen. Suku bunga acuan ini digunakan sebagai kunci untuk menentukan suku bunga untuk sebagian besar utang konsumen dengan tingkat bunga yang dapat disesuaikan antara lain kartu kredit dan pinjaman rumah.

Langkah the Fed sesuai harapan dan permintaan pasar. Pembuat kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC) mengambil perubahan tajam dari proyeksi kebijakan sebelumnya.

The Fed kembali menegaskan janjinya untuk sabar terhadap kebijakan moneternya. Selain itu, the Fed menyatakan akan mulai perlambat pengurangan kepemilikan obligasi pada Mei dengan menurunkan batas bulanan menjadi USD 15 miliar dari USD 30 miliar.

Dengan pengumuman yang digabung berarti setelah pengetatan kebijakan moneter pada tahun lalu, the Fed berhenti pada kedua sisi untuk menyesuaikan pertumbuhan global yang lebih lemah dan pandangan agak lebih lemah untuk ekonomi AS.

"Mungkin perlu beberapa waktu sebelum prospek lapangan kerja dan inflasi jelas menyerukan perubahan kebijakan. Kami melihat tidak perlu terburu-buru untuk segera melakukan," ujar pimpinan the Fed, Jerome Powell, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 21 Maret 2019.

Perkiraan ekonomi terbaru yang dirilis pada akhir pertemuan juga menunjukkan para pembuat kebijakan telah mengabaikan proyeksi kenaikan suku bungada 2019, dan melihat hanya satu kenaikan suku bunga pada 2020.

Usai pengumuman itu, kontrak berjangka the fed fund mulai memberi harga untuk peluang penurunan suku bunga lebih baik dari pada tahun depan. Powell mendorong kembali pada pandangan itu dan mengatakan ekonomi AS berada di tempat yang baik dan prospeknya "positif".

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya