Liputan6.com, Jakarta Lembaga konsultan properti Jones Lang LasSalle (JLL) mencatat total penyerapan ruang sewa perkantoran yang positif di kuartal - I 2019. Sewa perkantoran didominasi perusahaan teknologi, e-commerce dan coworking space.
Penyerapan mencapai 50 persen selama 3 bulan pertama 2019. Hal itu disampaikan Head of Research JLL, James Taylor di kantornya, Jumat (12/4/2019).
"Total penyerapan ruang sewa perkantoran di awal 2019 tetap positif dengan 50 persen diantaranya dilakukan oleh perusahaan berbasis teknologi dan coworking space," jelas dia.
Advertisement
Penyerapan terjadi terutama di wilayah CBD (Central Bussines District) yang merupakan pusat perkantoran.
"Banyak gedung di CBD yang terserap selama 3 bulan pertama tahun ini terutama perusahaan teknologi," dia menambahkan.
Dalam kesempatan serupa, Head of Markets JLL, Angela Wibawa menyebutkan penyerapan lahan perkantoran hingga saat ini mencapai angka 98.000 meter persegi di kawasan CBD.
"Yang dipengaruhi oleh beroperasinya 3 gedung premium baru yaitu Sequis Tower, Milenium Centennial Center, dan Pakuwon Tower," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, masih aktifnya sektor teknologi, e-commerce dan coworking dalam meperluas jangkauan mereka baik di kawasan CBD dan non CBD juga menjadi salah satu hal yang menyebabkan tingginya penyerapan di triwulan ini.
"Total penyerapan dari sektor coworking di kawasan CBD mencapai 40.000 meter persei yang didominasi oleh operator lokal," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Harga Properti di Sekitar Stasiun MRT Jakarta Naik 20 Persen
Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta telah beroperasi. Kehadiran moda transportasi baru tersebut ternyata mendongkrak harga sewa bangunan untuk toko atau retail di sekitar jalur MRT Jakarta.
Lembaga konsultan properti Jones Lang LasSalle (JLL) menyebutkan harga sewa properti untuk kebutuhan retail naik 20 persen. Kenaikan tersebut dipicu oleh adanya MRT.
Head of Retail JLL, Cecilia Santoso mengatakan kenaikan terjadi di daerah sekitar stasiun MRT.
"Jadi dengan adanya MRT kalau kita banyak melihat kalau ada toko-toko retail itu yang buka di area stasiun MRT atau di dearah mal yang dekat dengan stasiun MRT," kata dia di kantornya, Jumat (12/4/2019).
Baca Juga
Pada mulanya, banyak yang masih sceptical atau ragu dengana adanya MRT Jakarta tersebut. Namun keraguan tersebut disebutkan hilang setelah suksesnya uji coba yang dilakukan beberapa waktu lalu. Bahkan banyak pihak yang mulai tertarik.
"Nah kemarin setelah adanya tes MRT Jakarta itu toko-toko yang memang ada di stasiun tersebut itu banyak ditanyakan oleh publik, misal ini bolehkah ini buat F&B, apakah hanya untuk fashion? Berbagai macam pertanyaan," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, untuk harganya sendiri properti untuk retail di seputaran MRT tidak terjadi negosiasi. "Dan pada saat memang kita kuat untuk harganya, mereka ya oke. Maksudnya gak ada pertanyaan bisa lebih murah enggak? (menawar)," ujarnya.
Selain itu, dengan adanya MRT juga dipastikan akan muncul kawasan terintegrasi dengan moda transportasi masal atau transit oriented development (TOD).
"TOD biasanya itu akan mempunyai hub ya akan ada apartemen biasanya akan ada sedikit retail atau mungkin office building. Nah atau mungkin ada lainnya yang terkait disitu. Itu sudah pasti akan meningkatkan nilai jual dari properti yang berkaitan disitu, tingkat kenaikannya kurang lebih 20 persen di dalam stasiun MRT nya sendiri atau di dalam mal yang berdekatan dengan stasiun MRT." ujarnya.
Dia mengungkapkan, pada kuartal sebelumnya atau sebelum adanya MRT Jakarta, harga sewa dan jual properti cenderung datar.
"Kuartal sebelumnya masih flat masih standar. aKlau sekarang ini terlihat jelas dengan adanya MRT ini akan bener - bener signifiian kenaikannya," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
MRT Jakarta Dongkrak Industri Properti
Sebelumnya, impian Indonesia lebih dari 30 tahun lalu untuk memiliki sarana transportasi massal berbasis rel Mass Rapid Transit (MRT) kini telah terwujud. Gagasan membangun transportasi MRT di Jakarta sebenarnya sudah ada sejak 1985, namun baru pada 10 Oktober 2013 akhirnya dilakukan groundbreaking pembangunan konstruksi MRT Jakarta Fase I.
MRT Jakarta Fase I dengan rute Lebak Bulus menuju Bunderan HI dan sebaliknya memiliki jalur sepanjang 16 kilometer meliputi 10 kilometer jalur layang dan 6 kilometer jalur bawah tanah serta 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah. MRT Jakarta Fase I ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) sekaligus melakukan groundbreaking MRT Jakarta Fase II sepanjang 8,3 km dari Bundaran HI menuju Kampung Bandan/Ancol pada 24 Maret 2019 kemarin.
Country Manager Rumah.com, Marine Novita, menjelaskan bahwa sistem transportasi massal dalam kota memiliki dampak yang sangat nyata pada kenaikan harga properti. Keberadaan koridor transportasi baru atau perubahan sistem transportasi massal akan meningkatkan potensi investasi properti di suatu wilayah. Terealisasinya MRT Jakarta Fase I ini akan mendongkrak harga properti karena akan meningkatkan konektivitas, akses masyarakat, dan mengurangi waktu perjalanan.
BACA JUGA
“Dengan beroperasinya MRT Jakarta Fase I, investasi di bidang properti, akan meningkat di sepanjang jalur MRT tersebut. Harga tanah dan aset properti di sekitar wilayah Jalan Thamrin, Sudirman, Blok M, Fatmawati dan TB Simatupang yang dilalui jalur MRT ini akan terdongrak. Sedangkan wilayah sekitar Lebak Bulus dan TB Simatupang bisa menjadi kawasan pusat niaga baru di Jakarta Selatan,” ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (2/4/2019).
Kecenderungan kenaikan harga properti di sepanjang jalur MRT ini juga terlihat dari Rumah.com Property Index (RPI). Data RPI ini memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Menurut Marine, Rumah.com Property Index menunjukkan rata-rata indeks harga per kuartal DKI Jakarta sepanjang tahun 2018 adalah sebesar 122 poin, naik 4 persen dari indeks harga per kuartal rata-rata DKI Jakarta di 2017 (year-on-year).
Jika dibandingkan dengan rata-rata indeks harga per kuartal DKI Jakarta, rata-rata indeks harga per kuartal Jakarta Selatan adalah sebesar 149 poin, naik 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan rata-rata indeks harga per kuartal di Jakarta Selatan 2018 ini, bersama Jakarta Timur adalah yang tertinggi di seluruh wilayah DKI Jakarta. Jakarta Pusat dan Jakarta Barat mencatat kenaikan sebesar 4% (y-o-y), sementara Jakarta Utara yang terendah, sebesar 2 persen. (y-o-y).
Kenaikan indeks di Jakarta Selatan diperkirakan sebagai akibat pembangunan MRT Jakarta Fase I. Selaras dengan kenaikan di Jakarta Selatan, daerah perbatasannya pun mengalami kenaikan yang sama. Tangerang Selatan mengalami kenaikan indeks sebesar 4 persen (y-o-y).