Naik 58 Persen, WIKA Raup Untung Rp 341 Miliar

Capaian tersebut didukung oleh penggunaan teknologi terbarukan yang diterapkan pada berbagai proyek.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Apr 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2019, 10:00 WIB
Logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 341,34 miliar pada kuartal I 2019, atau tumbuh 58,45 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh penjualan WIKA pada tiga bulan pertama 2019 yang mencapai Rp 6,50 triliun.

Direktur Utama WIKA Tumiyana menyatakan, capaian positif tersebut turut didukung oleh penggunaan teknologi terbarukan yang perseroan terapkan pada berbagai proyek.

"WIKA sedang mengembangkan Building Information Modelling (BIM) yang dapat menghasilkan visualisasi dengan menggabungkan gambaran situasi sekitar proyek dengan desain struktur yang akan dibangun. Dengan demikian, berbagai risiko dapat dimitigasi sejak awal serta membantu proses perencanaan yang lebih presisi dari segi biaya, mutu dan waktu," jelasnya, Senin (29/4/2019).

Pada kuartal I 2019, WIKA tercatat berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp 10,91 triliun atau melonjak 62,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kontribusi terbesar capaian kontrak baru tersebut berasal dari sektor energy dan industrial plant sebesar Rp 5,01 triliun, infrastruktur dan gedung sebesar Rp 4,06 triliun, disusul sektor industri sebesar Rp1,40 triliun. Sementara itu, sektor properti menyumbang capaian kontrak sebesar Rp 443,23 miliar.

Serangkaian proyek baru yang berhasil diraih WIKA antara lain pengerjaan 1.185 unit logement di Ouargla, Aljazair, kemudian Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit V Site Development di Balikpapan, serta Hotel T3 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jalur Kereta Layang Jakarta Mulai Dibangun pada 2020

20151229-Commuter-Line-HEL
Rangkaian kereta commuter line saat melintas di dekat Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (29/12/2015). Untuk mengakomodasi penumpang pada malam pergantian tahun, KRL Commuter Line akan beroperasi 24 jam. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

PT Adhi Karya menargetkan proses tender untuk proyek jalur kereta layang (loop line) DKI Jakarta bisa dilakukan pada akhir tahun ini. Sehingga proyek tersebut bisa mulai dibangun pada 2020.

Direktur Utama Adhi Karya, Budi Harto mengatakan, proyek loop line ini merupakan proyek Adhi Karya bersama dengan Wijaya Karya dan Jaya Konstruksi. Proyek ini diperkirakan akan menelan investasi sekitar Rp 15 triliun.

"Ini beda (dengan LRT). Jadi jaringan kereta yang ada di bawah mau kita naikkan. Sehingga antara perjalanan kereta dengan perjalanan lalu lintas tidak saling mengganggu. (Adhi karya) 40 persen, (sisanya) Wijaya Karya dan Jaya Konstruksi," ujar dia di Jakarta, Senin (15/4/2019).

Dia mengungkapkan, proyek ini memiliki panjang 24 kilometer (km) dengan rute yang sama dengan rute kereta api yang berada di dalam Kota Jakarta.

"Ini dalam kota, ke Manggarai dan lain-lain.‎ Jadi jalur yang dibawah dipindahkan di atas. Sehingga keretanya muternya di atas, tidak di bawah. Sehingga tidak ada persimpangan antara kereta dengan mobil," jelas dia.

Menurut Budi, saat ini pihaknya tengah menyelesaikan desain dari proyek jalur kereta tersebut. Sementara untuk mulai dibangun masih menunggu proses desain dan tender selesai.

‎"Ini kita godok desainnya. Kemudian kita serahkan kepada pemerintah untuk ditenderkan. Desain Juli selesai, Agustus diserahkan ke pemerintah, akhir tahun ditenderkan.‎ (Pengerjaan mulai tahun depan?) Iya," tandas dia.

Strategi Sri Mulyani Dorong BUMN Menangkan Proyek di Luar Negeri

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menginginkan semakin banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat menggarap proyek di luar negeri. Pemerintah pun sudah menyiapkan lembaga yang dapat membantu pembiayaan bagi BUMN agar mampu bersaing dengan perusahaan dari berbagai negara.

Adapun lembaga tersebut adalah Eximbank Indonesia. Eximbank Indonesia atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) seperti diketahui baru saja memberikan pembiayaan kepada PT Wijaya Karya sebesar Rp 187,7 miliar untuk menggarap pembangunan rumah subsidi di Aljazair.

"Saya harap perusahaan di Indonesia makin meningkatkan kemampuan untuk hadir di pasar internasional. Dan kita akan mendukungnya," ujar Sri Mulyani di Kantor Eximbank Indonesia, Jakarta, Rabu (27/3/2019).

"Ini juga salah satu bentuk pelaksanaan yg disebut national interest account (NIA). Suatu misi untuk melakukan peningkatan kapasitas dari perekonomian dan industri kita untuk bisa tembus pasar internasional melalui dukungan penuh dari LPEI, baik sektor manufaktur maupun jasa," sambungnya.

Sri Mulyani mengatakan, porsi penggerjaan proyek di luar negeri menjadi salah satu jurus ampuh untuk menekan defisit neraca perdagangan. Hal tersebut seperti yang telah dilakukan BUMN dengan Aljazair.

"Terutama dengan aljazair yang di mana kita memiliki neraca pembayaran yang negatif. Neraca perdagangan, karena aljazair adalah negara pengekspor minyak dan gas termasuk yang cukup penting di dunia. Kita mengimpor dari aljazair, sehingga dengan adanya kegiatan ekspor jasa termasuk konstruksi ini akan bisa kurangi defisit transaksi perdagangan antara Indonesia dengan Aljazair," paparnya.

Wika Bawa 1.343 Pekerja RI Garap Ribuan Rumah Subsidi di Aljazair

Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Pemerintah menargetkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,3 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berencana membangun rumah subsidi sebanyak 3.950 unit di Aljazair, masing-masing sebanyak 1.700 unit di Algier dan 2.250 unit di Blida. Pembangunan ribuan rumah tersebut akan dimulai pada 2019.

Direktur Eksekutif Eximbank Indonesia, Sinthya Roesly mengatakan, pengerjaan proyek tersebut membawa banyak manfaat bagi Indonesia.

Selain menekan defisit neraca perdagangan dengan negara itu, proyek ini juga menyerap 1.343 pekerja asal Indonesia. 

"Proyek pembangunan rumah bersubsidi (Iogement) di Aljazair yang dilaksanakan oleh WIKA secara langsung maupun tidak Iangsung memberikan multiplier effect bagi negara dan masyarakat Indonesia, yang diantaranya adalah mendorong strategi peningkatan ekspor ke negara non tradisional serta membuka lapangan dan kesempatan kerja langsung bagi 1.343 tenaga kerja Indonesia," ujar Sinthya di Kantornya, Jakarta, Rabu (27/3/2019).

Manfaat lainnya, kata Sinthya, berupa peningkatan nilai ekspor serta daya saing produk dan jasa Indonesia khususnya jasa konstruksi di pasar internasional, penetrasi pasar ke kawasan Afrika, serta meningkatkan nilai perdagangan bilateral Indonesia. 

"Diharapkan bentuk dukungan dari pemerintah serta sinergi antar BUMN dan Lembaga terus dipertahankan dan ditingkatkan sehingga bersifat berkelanjutan dan dapat menumbuhkan manfaat sosial ekonomi yang Iebih banyak Iagi," ujar dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya