Aksi 22 Mei Bikin Pedagang Thamrin City Telan Pil Pahit

Pedagang baju batik di Thamrin City yakni Tarto juga terpaksa menelan pil pahit karena tidak mengantongi pendapatan apapun akibat aksi massa kemarin.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Mei 2019, 16:44 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2019, 16:44 WIB
Massa Aksi 22 Mei Kibarkan Bendera Merah Putih Raksasa
Warga melihat kerumunan peserta aksi massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat yang melakukan unjuk rasa di perempatan dekat Gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Dalam aksinya, mereka meminta Bawaslu memeriksa kembali hasil Pemilu 2019. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pedagang di Mal Thamrin City, Jakarta, mengeluhkan tidak mendapatkan penghasilan sama sekali akibat imbas aksi massa 22 Mei.

Boy, salah satu pedagang baju muslim di Thamrin City mengaku bahwa biasanya dirinya bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 2 juta per hari. Pendapatan tersebut jika sepi pengunjung. 

"Tapi kemarin saya malah zonk alias sama sekali tidak mendapatkan apa-apa, soalnya Mal Thamrin City tidak buka dan saya pun terpaksa tidak membuka toko sebagai antisipasi aksi massa," ujar dia, Kamis (23/5/2019).

Hal yang sama juga dirasakan oleh pedagang kaos dan celana bernama Akmal di Thamrin City, yang terlihat pasrah tidak mendapatkan penghasilan apapun dan tidak bisa membuka tokonya saat aksi massa kemarin.

"Biasanya per hari saya bisa meraup pendapatan maksimal Rp 3 juta. Kemarin saya tidak dapat apa-apa karena terpaksa tutup akibat aksi massa," kata Akmal.

Dia menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa datang ke Jakarta karena akses transportasi kereta komuter dari kediamannya di Parung Panjang, Bogor, hanya berhenti di Stasiun Kebayoran, akibat ditutupnya Stasiun Tanah Abang dan Palmerah, kemarin.

"Lagipula rumah saya di Parung Panjang, sedangkan KRL cuma sampai Kebayoran," katanya.

Pedagang baju batik di Thamrin City yakni Tarto juga terpaksa menelan pil pahit karena tidak mengantongi pendapatan apapun akibat aksi massa kemarin.

"Saya biasanya per hari bisa meraih penjualan sampai Rp 4 juta. Tapi kemarin saya tutup dan terpaksa tidak menerima apa-apa," ujarnya.

Kendati tidak mendapatkan apa-apa akibat aksi massa kemarin, para pedagang tersebut berharap kondisi keamanan stabil mengingat menjelang Lebaran merupakan momen emas bagi para pedagang untuk meraup keuntungan.

"Harapannya aman terus, soalnya pekan-pekan ini merupakan momen panen pedagang untuk meraih untung menjelang lebaran," kata Akmal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Aksi Rusuh 22 Mei, Pengusaha Jakarta Rugi Rp 1,5 Triliun

Pasar Tanah Abang
Pengendara motor parkir di depan gedung pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta, yang tutup pada Kamis (23/5/2019). Pengelola Pasar Tanah Abang menutup sementara aktivitas perdagangan demi mengantisipasi dampak kericuhan Jakarta dalam beberapa hari ini. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Aksi unjuk rasa 22 Mei berdampak besar terhadap perekonomian di Jakarta. Setidaknya akibat aksi ini, total kerugian yang diterima oleh pengusaha di ibu kota mencapai Rp 1,5 triliun.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, unjuk rasa yang berlangsung dalam dua hari terakhir membuat ibu kota tidak kondusif. Hal ini sangat berdampak pada aktivitas bisnis dan perdagangan di DKI Jakarta.

"Unjuk rasa yang terjadi dua hari terakhir tanggal 21 dan 22 Mei 2019 membuat kondisi Jakarta tidak nyaman dan sangat mengganggu psikologi pasar," ujar dia di Jakarta, Kamis (23/5/2019). 

Dari pengamatan dia lakukan pada 22 Mei kemarin, pusat perdagangan Pasar Tanah Abang tutup sejak pagi hari dan Thamrin City sebagian besar tutup. Padahal di Ramadan seperti ini pusat perdagangan seperti Tanah Abang pengunjungnya naik seratus persen dan banyak pembeli secara grosiran dari daerah.

Dia menjelaskan, rata-rata pengunjung Pasar Tanah Abang di hari biasa mencapai 150 ribu orang dengan omzet sekitar Rp 4 juta-Rp 5 juta per hari dan saat Ramadan bisa mencapai 250 ribu orang, dengan omzet mencapai Rp 10 juta-Rp 15 juta per hari.

"Jumlah kios yang ada di Tanah Abang Blok A, Blok B, Pusat Grosir Metro Tanah Abang (PGMTA) dan jembatan mencapai 11 ribu kios. Dengan tutupnya toko maka kerugian per hari dengan omzet rata-rata sebesar Rp 15 juta per kios selama bulan Ramadan bisa mencapai Rp 165 miliar," jelas dia.

Rugi

Libur Lebaran, Pasar Tanah Abang Tutup 10 Hari
Bajaj melintas di depan Gedung Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (17/6). Dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1439 H, Pasar Tanah Abang tutup selama 10 hari. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sementara di pusat perdagangan lainnya seperti di kawasan Glodok dan Mangga Dua seperti Glodok City, Pasar HWI, Glodok Jaya, Glodok Mangga Besar, WTC Mangga Dua, ITC Harco Mas, Mangga Dua Mall, Plaza Harco Electronic, Mangga Dua Square, Electronic City, ITC Mangga Dua pada pagi hari sebagian besar masih sempat buka, namun menjelang pukul 14.00 WIB kemarin hampir semua toko tutup.

"Praktis para pedagang mengalami kerugian omzet yang tidak sedikit akibat sepinya pengunjung dan kekhawatiran yang dirasakan," kata dia.

Pusat perdagangan wilayah Jakarta Timur seperti Jatinegara Plaza dan wilayah Jakarta Barat seperti Ciputra Mall, Citra Mall, Central Park, Puri Indah Mall, Roxi Square, Mall Taman Anggrek juga mengalami hal yang sama.

Sedangkan pusat perbelanjaan seperti Kelapa Gading Mall, Mall Artha Gading, Mall Kelapa Gading , Mall Kelapa Gading Square, Mall Sport Kelapa Gading.

Untuk wilayah Jakarta Selatan, lanjut dia, meski pusat perbelanjaan seperti Plaza Senayan, Senayan City dan Pondok Indah Mall tetap buka, namun mengalami penurunan pengunjung hingga 70 persen. Ini lantaran masyarakat enggan keluar rumah karena merasa khawatir melihat situasi yang tidak kondusif.

"Melihat kenyataan di atas maka omzet pedagang dan perputaran uang disektor perdagangan di Jakarta mengalami kerugian yang tidak sedikit. Dengan jumlah kios sekitar 80 ribu kios kita perkirakan bisa mencapai lebih kurang Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun. Belum termasuk kerugian di sektor bisnis lainnya seperti pemilik cafe, restoran, transaksi perbankan dan pelaku usaha lainnya yang meliburkan karyawannya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya