Bank Dunia Pinjamkan Rp 706 Miliar untuk 13 Kota di Indonesia

Lewat proyek ini, Bank Dunia memproyeksi 12,5 juta orang akan mendapat keuntungan positif.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Jun 2019, 16:45 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2019, 16:45 WIB
BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 akan berada di kisaran 5-5,4 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Washington D.C. - Bank Dunia mendukung rencana pemerintah meningkatkan kualitas manajemen perkotaan di Indonesia. Demi mencapai hal itu, Bank Dunia meminjamkan dana USD 49,6 juta atau Rp 706,2 miliar (USD 1 = Rp 14.239).

Pinjaman itu dipakai untuk meningkatkan kapasitas berbagai kota agar memiliki manajemen dan perencanaan terintegrasi yang lebih baik. Tujuannya agar kualitas hidup di perkotaan semakin meningkat.

"Proyek ini akan menjadikan pembiayaan infrastrukur lebih efektif di mana kota-kota menjadi lebih layak untuk ditinggali dan produktif,” jelas Rodrigo A. Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Rabu (12/6/2019).

Program yang disebut National Urban Development Project (NUDP) siap membantu sektor transportasi, perumahan, strategi ekonomi, dan lingkungan. Efeknya, 12,5 juta orang Indonesia di 13 kota akan mendapat hasil positif.

Pinjaman telah disetujui Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia di Washington, D.C., pada Rabu (12/6/2019). Badan Perencanaan Pengembangan Nasional (Bappenas) berkata NUDP bisa membantu kesejahteraan.

"Membantu pemerintah kota mengintegrasikan perencanaan spasial dengan investasi modal akan membantu kota-kota menjadi pendorong kesejahteraan penduduk daerah perkotaan yang tumbuh dengan cepat di Indonesia,” kata Rudy Prawiradinata, Deputi Bidang Pengembangan Regional.

Selain itu, berbagai instansi terkait perkotaan juga akan mendapat manfaat berkat perbaikan kapasitas manajemen keuangan dan perencanaan perkotaan.

Chaves juga menilai bantuan ini bisa membantu Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Ia berharap Bank Dunia lewat NUDP bisa membuat investasi menjadi lebih efisien sekaligus mengurangi bahaya terkait iklim yang mengancam Indonesia.

"Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim yang merugikan. Proyek ini akan memperbaiki hubungan antara perencanaan perkotaan dan pengembangan infrastruktur, untuk membuat investasi menjadi lebih efisien dan mengurangi kerentanan terhadap bahaya terkait iklim," jelas Chaves.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Bank Dunia Menyorot Urbanisasi

Ilustrasi Cuaca Jakarta Cerah Berawan
Ilustrasi Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Cerah Berawan (Istimewa)

Bank Dunia turut menyorot fakta Indonesia merupakan negara yang memiliki urbanisasi terbesar di dunia. Data PBB menunjukan populasi perkotaan Indonesia meningkat hampir 59 juta orang pada 2010-2018.

Saat ini, 137 juta orang tinggal di kota-kota di Indonesia atau 54 persen dari populasi yang ada. Hingga tahun 2025, angka ini diperkirakan meningkat menjadi 68 persen dari populasi.

Lebih lanjut, kesenjangan yang terus menerus pada infrastuktur dan masih sedikitnya perhatian terkait prioritas spasial dalam investasi infrastruktur, membuat Indonesia belum mendapatkan manfaat penuh dari berbagai dampak positif urbanisasi.

Proyek NUDP pun juga diharapkan membantu kapasitas manajemen keuangan dan perencanaan perkotaan, serta integrasi y ang lebih baik antara perencanaan pembangunan sosio-ekonomi dan spasial.

Bank Dunia Prediksi Ekonomi Global Melambat pada 2019

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya dikabarkan, Bank Dunia memperkirakan ekonomi global melambat. Bank Duniaprediksi, pertumbuhan ekonomi hanya 2,6 persen pada 2019 dari target semula 2,9 persen.

Ekonom Bank Dunia menilai, perlambatan ekonomi semakin meluas, dan berdampak terhadap banyak negara. Ditambah risiko ketidakpastian bisnis karena ketegangan perang dagang global.

Salah satu ekonom Bank Dunia yang melakukan riset dalam laporan, Franziska Ohnsorge menyatakan, Bank Dunia sebelumnya peringatkan prediksi ekonomi global yang melambat pada enam bulan lalu.

"Dulu prediksi, sekarang kita melihat data," ujar dia, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu, 5 Juni 2019.

Pada Januari, Bank Dunia revisi prediksi pertumbuhan ekonomi global dari tiga persen menjadi 2,9 persen pada 2019.

Ohnsorge menuturkan, kemudian kekecewaan makin luas terhadap perdagangan, investasi, manufaktur di negara maju dan berkembang.

Konflik perdagangan menjadi faktor penting yang sebabkan pertumbuhan ekonomi global melemah. Hal itu terutama ketegangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).

Bank Dunia melihat, perang dagang berdampak terhadap ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi China akan melambat imbas perang dagang.

Dalam tiga dekade, rata-rata pertumbuhan ekonomi China sekitar 10 persen. Ekonomi China diprediksi hanya tumbuh 6,2 persen pada 2019.

Hal itu juga didorong dari pemerintah China yang sengaja perlambat ekonominya.Ekonom prediksi kalau tingkat pertumbuhan sebelumnya tidak dapat dipertahankan lebih lama.

Akan tetapi, ketegangan perang dagang yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global yang melambat akan pengaruhi China pada 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya